Wikipedia

Hasil penelusuran

Minggu, 25 Juli 2021

LANDASAN PENGEMBANGAN KURIKULUM

PENGEMBANGAN KURIKULUM


A. Latar Belakang

    Pengembangan kurikulum sebenarnya merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan,sebagai instrumen yang membantu praktisi pendidikan untuk memenuhi kebutuhan peserta didik dan kebutuhan masyarakat. Pengembangan kurikulum merupakan alat untuk membantu guru melakukan tugasnya mengajar dan memenuhi kebutuhan masyarakat. Pengembangan kurikulum tidak pernah berhenti, ia merupakan proses yang berkelanjutan dan proses siklus yang terus menerus sejalan dengan perkembangan dan tuntutan perubahan masyarakat. Penyusunan kurikulum membutuhkan landasan-landasan yang kuat, yang didasarkan oleh hasil-hasil pemikiran dan penelitian yang mendalam dan sesuai dengan tantangan zaman. Karena kurikulum ibarat sebuah rumah yang harus mempunyai pondasi agar dapat berdiri tegak, tidak rubuh dan dapat memberikan kenyamanan bagi yang tinggal di dalamnya, pondasi tersebut ialah landasan-landasan untuk kurikulum sebagai rumahnya, agar bisa memberikan kenyamanan dan kemudahan bagi peserta didik untuk menuntut ilmu dan menjadikannya produk yang berguna bagi dirinya sendiri, agama, masyarakat dan negaranya.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pentingnya pengembangan kurikulum ?
2. Apa landasan pengembangan kurikulum?
3. Bagaimana pendekatan sistem dalam pengembangan kurikulum?
4. Apa faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan kurikulum ?
5. Apa masalah dalam pengembangan kurikulum?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk menjelaskan pentingnya pengembangan kurikulum
2. Untuk menjelaskan landasan pengembangan kurikulum
3. Untuk menjelaskan pendekatan sistem dalam pengembangan kurikulum 
4.  Untuk menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan kurikulum
5. Untuk menjelaskan masalah dalam pengembangan kurikulum


 

PEMBAHASAN MASALAH


A. Pentingnya Pengembangan Kurikulum

    GBHN 1999 menjelaskan mengenai pentingnya pengembangan kurikulum yang dapat melayani keanekaragaman kemampuan, sarana pembelajaran,sumber daya manusia, kemampuan siswa dan budaya di daerah pengembangan kurikulum menjamin hasil pendidikan bermutu yang dapat membentuk masyarakat Indonesia yang  sejahtera, damai, demokrastis dan berdaya saing untuk maju. Pengembangan kurikulum yaitu tuntutan desentralisasi pendidikan sebagaimana tertuang dalam undang-undang nomor 22 tahun 1999 tentang pemerintah daerah yang menegaskan adanya kewenangan daerah propensi, kabupaten, dan kota untuk “mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasrakan aspirasi masyarakat” (pasal 4). Dalam konteks desentralisasi dan seiring dengan perwujudan pemerataan hasil pendidikan bermutu di perlukan kurikulum yang memuat kompetensi umum lulusan yang dapat di pertanggung jawabkan dalam konteks lokal, nasional, dan
global. Kompetensi umum ini harus di kuasi siswa di seluruh Indonesia. Pentingnya pengembangan kurikulum harus fokus pada hasil pendidikan yang bermutu, yaitu siswa yang mandiri ,sehat, berbudaya, berpengetahuan dan menguasai teknologi, berakhlak mulia beretos kerja ,serta cinta tanah air. Untuk mewujudkan siswa  dengan ciri-ciri tersebut perlu dikembangkan berdasarkan aspek-aspek berikut: 
1. Defenisifikasi kurikulum
2. Kurikulum berbasis kompetensi dasar
3. Partisipasi kepada masyarakat
4. Manajemen berbasis sekolah
5. Standar nasional


B. Landasan Pengembangan Kurikulum

    Dalam setiap pengembangan kurikulum pasti ada landasan-landasan yang digunakan. Berikut ini landasan-landasan yang digunakan dalam pengembangan kurikulum :

1. Landasan Filosofis

    Landasan filosofis berarti bahwa pendidikan selalu relevan dengan manusia, baik sebagai subjek, sebagai objek maupun sebagai pengelola. Oleh karena itu, pendidikan selalu menjadi inti dari interaksi manusia. Tentunya dalam interaksi semacam ini, tujuan dan sasaran harus dicapai, materi atau materi yang perlu diinteraksikan, ada proses interaksi dengannya, dan ada kegiatan evaluasi untuk menentukan realisasi dari proses tersebut beserta hasilnya. Tentunya untuk merumuskan dan mengembangkan segala aspek yang berkaitan dengan semua aspek kurikulum diperlukan jawaban atau pemikiran yang mendalam dan mendasar, dengan kata lain harus digunakan pemikiran filosofis. Pendidikan sebagai ilmu terapan tentunya membutuhkan ilmu-ilmu lain sebagai penunjang, dalam hal ini filsafat. Filsafat pendidikan pada dasarnya adalah penerapan dan pemikiran filosofis untuk memecahkan masalah pendidikan. Dalam filsafat pendidikan terdapat beberapa aliran filsafat yaitu progresivisme, esensialisme, perenialisme, rekonstruksionisme, dan eksistensialisme. Setiap sekolah memiliki latar belakang dan konsep yang berbeda. Aliran progresivisme mengutamakan kebebasan dan menentang segala bentuk otoritarianisme dan despotisme. Ini berbeda dengan aliran esensialisme yang berusaha menyatukan kontradiksi antara idealisme dan realisme.Perenialisme tampaknya menjadi aliran " progresif", artinya dapat ditelusuri kembali ke Abad Pertengahan. Pada saat yang sama, rekonstruksionisme adalah aliran yang meyakini bahwa semua fenomena berakar pada keberadaan, yaitu cara keberadaan manusia di dunia yang berbeda dari keberadaan material. Eksistensialisme adalah proses memusatkan perhatian pada pengalaman pribadi. Selain itu dikatakan bahwa kurikulum pada dasarnya adalah alat untuk mencapai tujuan pendidikan, karena tujuan pendidikan tersebut sangat dipengaruhi oleh falsafah atau gaya hidup suatu negara, tentunya kurikulum yang dikembangkan juga akan mencerminkan falsafah kehidupan yang dianut oleh negara tersebut. Oleh karena itu, terdapat keterkaitan yang sangat erat antara kurikulum pendidikan suatu negara dengan falsafah nasional yang dianutnya. Sebagai contoh, Indonesia pada masa penjajahan Belanda, kurikulum yang dianut pada masa itu sangat berorientasi pada kepentingan politik Belanda. Demikian pula pada saat negara kita dijajah Jepang maka orientasi kurikulum berpindah disesuaikan dengan kepentingan dan sistem nilai negara Jepang. Setelah kemerdekaan, kurikulum pendidikan secara utuh menggunakan Pancasila sebagai dasar dan falsafah dalam pengembangannya.

2. Landasan Psikologi

    Landasan ini didasarkan pada prinsip bahwa perkembangan manusia dipengaruhi oleh lingkungan dan kedewasaan. Lingkungan yang bermasalah mungkin berasal dari proses pendidikan.Atas dasar pengembangan kurikulum terdapat dua bidang psikologi yaitu : psikologi perkembangan dan psikologi pembelajaran.

a. Psikologi perkembangan mempelajari perilaku pribadi yang berhubungan dengan perkembangan. Dalam psikologi perkembangan dipelajari sifat-sifat perkembangan, tahapan-tahapan perkembangan, aspek-aspek perkembangan, tugas-tugas pengembangan diri, dan hal-hal lain yang berkaitan dengan pengembangan diri yang semuanya dapat dijadikan dasar pengembangan kurikulum.

b.  Psikologi belajar adalah studi tentang perilaku individu dalam belajar. Psikologi belajar mengkaji hakikat teori belajar dan teori belajar, serta berbagai aspek lain dari perilaku individu dalam pembelajaran, yang dapat dipertimbangkan dan dijadikan dasar untuk pengembangan kurikulum.

3.  Landasan Sosial Budaya

    Landasan ini dilandasi oleh kenyataan bahwa pendidikan merupakan proses budaya yang meningkatkan harkat dan martabat manusia. Pendidikan merupakan proses sosialisasi melalui interaksi manusia dan budaya manusia. Dalam konteks inilah siswa bersentuhan dengan budaya manusia, dibudidayakan dan dikembangkan sesuai dengan nilai-nilai budayanya, dan menumbuhkan kemampuannya untuk menjadi manusia. Kurikulum setiap masyarakat pada dasarnya mencerminkan pemikiran, perasaan, aspirasi atau kebiasaan masyarakat. Oleh karena itu, dalam pengembangannya  harus memahami budaya. Budaya adalah cara berperilaku, biasanya terekam dalam masyarakat, meliputi semua pikiran, ambisi, pengetahuan, kepercayaan, cara berpikir dan seni. Pengembangan kurikulum berdasarkan hal tersebut bersifat universal, artinya dapat diterapkan dalam kehidupan masyarakat.

4. Landasan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)

    Kemajuan cepat di bidang informasi dan teknologi dalam dua dasa warsa terakhir telah berpengaruh pada peradaban manusia melebihi jangkauan pemikiran manusia sebelumnya. Pengaruh ini terlihat pada pergeseran tatanan sosial, ekonomi dan politik yang memerlukan keseimbangan baru antara nilainilai, pemikiran dan cara-cara kehidupan yang berlaku pada konteks global dan lokal. Selain itu, dalam abad pengetahuan sekarang ini, diperlukan masyarakat yang berpengetahuan melalui belajar sepanjang hayat dengan standar mutu yang tinggi. Sifat pengetahuan dan keterampilan yang harus dikuasai masyarakat sangat beragam dan canggih, sehingga diperlukan kurikulum yang disertai dengan kemampuan meta-kognisi dan kompetensi untuk berpikir dan bagaimana belajar (learning to learn) dalam mengakses, memilih dan menilai pengetahuan, serta mengatasi situasi yang ambigu dan antisipatif terhadap ketidakpastian. Perkembangan dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, terutama dalam bidang transportasi dan komunikasi telah mampu merubah tatanan kehidupan manusia. Oleh karena itu, kurikulum selayaknya dapat mengakomodir dan mengantisipasi laju perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga peserta didik dapat mengimbangi dan sekaligus mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk kemaslahatan dan keberlangsungan hidup manusia. 

C. Pendekatan Sistem dalam Pengembangan Kurikulum

    Pendekatan dalam perkembangan kurikulum merefleksikan pandangan seseorang terhadap sekolah dan masyarakat. Pada umumnya pendidik menganut beberapa pendekatan yang sesuai. Jenis-jenis pendekatan kurikulum antara lain :

1. Pendekatan Subjek Akademis 

    Bentuk tertua yang biasanya sering digunakan di lembaga pendidikan atau sekolah sekolah sampai saat ini. Pendekatan yang mudah dan praktis digabungkan dengan pendekatan-pendekatan apabila diperlukan, pendekatan ini bersumber dari aliran klasik pendidikan pada masa lalu dan dilakukan dengan cara menentukan lebih dahulu pelajaran apa yang harus dipelajari oleh peserta didik. Guru berperan penting dan harus menguasai seluruh bahan materi, mereka harus menjadi ahli dalam pelajaran yang diampu olehnya, segala tindakan dan apa yang disampaikan akan menjadi panutan oleh siswanya. 

2. Pendekatan Humanistis

    Pendekatan ini memberikan tempat utama kepada siswa, anak didik adalah individu yang utama sekaligus mereka adalah subyek dalam pendidikan. Pendekatan humanis juga berpegang dengan teori Gestalt bahwa anak merupakan satu kesatuan yang menyeluruh. Menurut pendekatan ini pendidikan adalah suatu upaya untuk menciptakan situasi yang baik,santai dan akrab dengan situasi yang kondusif agar siswa dapat mengembangan potensi yang adsa didalam dirinya. Ada tiga aliran yang termasuk humanistis yaitu pendidikan Konfluen adalah pendidikan yang menekankan bahwa pribadi harus merespon secara utuh baik pikiran maupun perasaan terhadap kesatuan menyeluruh dari suatu lingkungan. Kritikisme radikal bersumber dari aliran yang melihat bahwa pendidikan adalah upaya untuk membantu anak menemukan serta mengembangkan potensinya sendiri dengan adanya dorongan bukan suatu paksaan. Mistikisme modern menekankan latihan dan perkembangan kepekaan perasaan, kehalusan budi pekerti melalui sensitivy training, yoga,meditasi, kontempelasi, dzikir dan lainnya. 

3. Pendekatan Teknologis

    Pendekatan ini memiliki kesamaan dengan pendekatan subyek akademis, yang menekankan pada materi dan kurikulum. Tetapi dua pendekatan ini memiliki perbedaan yaitu lebih diarahkan terhadap kompetensi bukan pada pengawetan dan pemeliharan ilmu pengetahuan, kompetensi  yang besar dapat diuraikan menjadi kompetensi yang lebih sempit dan pada akhirnya dapat menjadi perilaku-perilaku yang bias diamati dan diukur. Pendekatan teknologis dalam menyusun kurikulum bertolak dari analisis kompetensi yang dibutuhkan untuk melakukan tugas-tugas tertentu.materi yang diajarkan dan strategi belajarnya ditetapkan sesuai dengan analisis tugas. Rencana dan proses pembelajaran dibuat sedemikian rupa agar hasilnya dapat dievaluasi dengan jelas. Dalam menyusun kurikulum sebenarnya tidak semua materi pembelajaran dapat menggunakan pendekatan teklnologis, karena karakter materi pembelajran itu berbeda-beda. 

4. Pendekatan Rekonsturuksi Sosial

    Pendekatan ini bersumber dari aliran interaksional. Pandangannya bahwa pendidikan bukanlah upaya sendiri tetapi usaha bersama. Interaksi bukan hanya guru dengan murid tetapi antara murid dengan murid,murid dengan orang-orang yang ada disekitarnya, dan dengan berbagai sumber belajar. Melalui interaksi ini murid berusaha memecahkan masalah-masalah dalam masyarakat untuk menuju tatanan masyarakat yang lebih  baik. Untuk menyusun kurikulum keahlian bertolak dari masalah yang dihadapi dalam kehidupan bermasyarakat, untuk memerankan lmu-ilmu  dan teknologi saat bekerja secara kooperatif dan kolaboratif akan dicarikan upaya pemecahan masalah untuk menuju masyarakat yang lebih baik. Kurikulum tersebut disamping menekankan isi pembelajaran juga menekankan proses pendidikan dan pengalaman belajar. Pendekatan tersebut berasumsi bahwa manusia adalah makhluk sosial yang selalu membutuhkan manusia yang lain untuk hidup bersama, berasumsi, dan bekerjasama.

D. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengembangan Kurikulum

    Faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan kurikulum adalah

sebagai berikut :

1. Perguruan tinggi. Kurikulum minimal mendapat dua pengaruh dari perguruan tinggi. Pertama, dari pengembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi yang dikembangkan di perguruan tinggi umum. Kedua, dari pengembangan ilmu pendidikan dan keguruan (Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan).

2. Masyarakat. Sebagai bagian dan agen dari masyarakat, sekolah sangat dipengaruhi oleh lingkungan masyarakat dimana sekolah tersebut berada. Isi kurikulum hendaknya mencerminkan kondisi dan dapat memenuhi tuntutan dan kebutuhan masyarakat homogen atau heterogen, masyarakat kota atau desa, petani, pedagang atau pegawai, dan sebagainya

3. Sistem nilai. Masalah utama yang dihadapi para pengembangan kurikulum menghadapi nilai adalah, bahwa dalam masyarakat nilai itu tidak hanya satu. Masyarakat umumnya heterogen dan multifaset. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan guru dalam mengajarkan nilai :

a. Guru hendaknya mengetahui dan memperhatikan semua nilai yang ada

b. dalam masyarakat

c. Guru hendaknya berpegang pada prinsip demokrasi, etis, dan normal

d. Guru berusaha menajdikan dirinya sebagai teladan yang patut ditiru

e. Guru menghargai nilai-nilai kelompok lain

f. Memahami dan menerima keberagaman kebudayaan sendiri

E. Masalah dalam Pengembangan Kurikulum

    Kurikulum adalah sususan rencana pendidikan yang mengandung rangkuman pengalaman belajar bagi peserta didik di sekolah dan telah di standartkan. Hal ini disusun oleh para ahli pendidikan yang terstruktur. Kurikulum memiliki tujuan agar dijadikan sebagai pedoman atau petunjuk dalam proses kegiatan belajar mengajar di sekolah dengan tetap mengutamakan kesesuaian dengan tujuan atau cita-cita peserta didik nantinya. Adapun dalam perkembangannya ini, kurrikulum mjuga memiliki berbagai kendala atau masalah-masalah dalam pelaksanaannya. Hal ini kebanyakan disebabkan oleh beberapa faktor khusus yang mengemban tugas utama di dalamnya, yakni; guru, masyarakat, kepala sekolah, biaya, dan birokrasi. Sedangkan faktor lainnya ialah, bidang cakupan (scope), relevansi, keseimbangan artikulasi, pengintegrasian, rangkaian (sekuens), kontinuitas dan kemampuan transfer. 

1. Permasalahan Kurikulum secara khusus

a. Guru: kurangnya rasa ingin bergabung atau berpartisipasi dalam rangka pengembangan kurikulum disebabkan karena kurangnya waktu yang dimiliki, pendapat yang kurang sejalan karena pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki setiap individu berbeda-beda.

b. Masyarakat: dalam pengembangannya, kurikulum memerlukan peran masyarakat untuk mendukungnya. Hal ini disebabkan karena masyarakat merupakan salah satu wadah bagi berkembanganya suatu pedidikan. dan oleh karenanya, pembiayaan dan umpan balik yang disediakan harus benar-benar dimanfaatkan oleh seorang pendidik. Karena masyarakat adalah sumber input dari sekolah.

c. Masalah biaya: untuk pengembangannya, kurikulum pastilah membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Karena setiap fasilitas dan upah bagi para pendidik tidak dapat dikatakan murah dan sedikit. Oleh karena itu, faktor biaya ini terkadang merupakan faktor penghambat yang sangat besar jika pada setiap insan tidak memiliki kesadaran untuk salaing mendorong dan membangun.

d. Kepala sekolah : perannya ialah sebagai salah satu alasan atau orang yang kerap kali melatar belakangi pengembangan kurikulum yang ada di sekolah.

e. Birokrasi: didalamnya terdapat tokoh-tokoh masyarakat yang bekerja dalam kerangka patokan kerja Depdikbud

2. Permasalahan Kurikulum secara Umum

a. Cakupan (scope). Cakupan kurikulum memiliki keluasan topik, pengalaman dalam belajar, aktivitas, pengorganisasian unsur kurikulum dan hubungan pengintegrasian.

b. Relevansi. Hal ini berhubungan dengan kegunaan dan makna sebuah kurikulum bagi orang-orang di sekitarnya. Dan hal ini juga mengisyaratkan bahwa kurikulum yang ada harus dikembangkan dan di terapkan agar kegunaan dan maknanya dapat benar-benar melekat dan diterapkan oleh masyarakat dan bangsa.

c. Keseimbangan. Keseimbangan atau biasa disebut dengan balance ini memiliki makna jika kurikulum harus dapat memberikan bobot yang sesuai dengan apa yang dibutuhkan di masa mendatang yang telah disesuaikan dengan evaluasi hasil pembelajaran tingkat nasional. 

d. Artikulasi. Hal ini dijelaskan sebagai pertautan antar lintas tingkatan kelas. Artikulasi sendiri menurut Oliver memiliki makna sebagai “artikulasi horizontal” atau “korelasi”, sedangkan kontinuitas sebagai “artikulasi vertical”. Adapun artikulasi merupakan suatu rencana sekuens unit-unit materi pelajaran secara lintas tingkat.

e. Pengintegrasian. Para pengembang kurikulum perlu memperhatikan pemaduan, penggabungan dan penyatuan antar disiplin ilmu, seperti Bagaimana menciptakan surat menyurat (korespondensi dapat segera di lakukan tindakan perbaikan. Dan Bagaimana membina hubungan yang jelas antara komponen-komponen tujuan kurikulum (Instruksional)

f. Rangkaian (Sekuens). Sekuens merupakan sebuah urutan yang tersusun yang digunakan untuk kegiatan perencanaan kurikulum. Hal ini juga merupakan pengaturan unit-unit dan materi pembelajaran secara logis dan kronologi menurut unit, lembaga dan tingkatannya.

g. Kontinuitas. Kontinuitas merupakan sebuah upaya yang dilakuaknpendidikan dalam penyusunan kurikulum dengan upaya untuk meningatkan pemahaman yang bersifat kompleks dan komprehensif.

h. Kemampuan Transfer. Yang dimaksud dengan kemampuan transfer yakni, segala sesuatu yang diajarkan di sekolah merupakan proses penyaluran nilai kepada peserta didik dengan tujuan yang mengarah pada pendayagunaan proses transfer secara maksimal.

 

 

BAB III 

PENUTUP 

A. Kesimpulan

    Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa kajian kurikulum ini membahas mengenai pentingnya perkembangan kurikulum yang dapat melayani keanekaragaman kemampuan, sarana pembelajaran, sumber daya manusia, kemampuan siswa dan budaya di daerah pengembangan kurikulum  menjamin hasil pendidikan bermutu yang dapat membentuk masyarakat Indonesia yang  sejahtera, damai, demokrastis dan berdaya saing untuk maju. Dalam setiap pengembangan kurikulum pasti ada landasan-landasan yang digunakan yaitu:

  Landasan filosofis berarti bahwa pendidikan selalu relevan dengan     manusia, baik sebagai subjek, sebagai objek maupun sebagai pengelola. Oleh karena itu, pendidikan selalu menjadi inti dari interaksi manusia. Landasan ini didasarkan pada prinsip bahwa perkembangan manusia dipengaruhi oleh lingkungan dan kedewasaan. Lingkungan yang bermasalah mungkin berasal dari proses pendidikan. Landasan ini dilandasi oleh kenyataan bahwa pendidikan merupakan proses budaya yang meningkatkan harkat dan martabat manusia. Pendidikan merupakan proses sosialisasi melalui interaksi manusia dan budaya manusia. Landasan ilmu  pengetahuan dan teknologi (IPTEK) Kemajuan cepat di bidang informasi dan teknologi dalam dua dasa warsa terakhir telah berpengaruh pada peradaban manusia melebihi jangkauan pemikiran manusia sebelumnya. Pengaruh ini terlihat pada pergeseran tatanan sosial, ekonomi dan politik yang memerlukan keseimbangan baru antara nilai-nilai, pemikiran dan cara-cara kehidupan yang berlaku pada konteks global dan lokal. Pada umumnya pendidik menganut beberapa pendekatan yang sesuai dalam perkembangan kurikulum  yang  merefleksikan pandangan seorang terhadap sekolah dan masyarakat.Pendekatan itu meliputi Pendekatan Subjek Akademis , Pendekatan Humanistis, Pendekatan Teknologis, dan Pendekatan Rekonsturuksi Sosial.Dan ada faktor-faktor yang mempengaruhi dalam perkembangan kurikulum yaitu perguruan tinggi, masyarakat,sistem nilai. ❤💓

 

DAFTAR RUJUKAN 


Bahari,Syamsul. 2011. Pengembangan Kurikulum Dasar dan Tujuannya. Islam Futura.11(1).22-26.

Dunia Belajar.2010.Pentingnya Pengembangan Kurikulum.Diakses pada 14 Februari 2021 melalui 

https://www.duniapelajar.com/2010/06/03/pentingnya-pengembangankurikulum/Mubarok,Husni.Sapuan,danSukron,Makmun.2018.

Pengembangan kurikulum.Makalah.Permasalahan Pengembangan Kurikulum Di Sekolah.Diakses pada tanggal 14   Februari 2021 melalui http://kompetensi.info/coretan-opinicivitas/permasalahan-pengembangan-kurikulum-di-sekolah.html. 

Yuliyanti,I.Kholida ,N.D.2017.Pendekatan Dalam Pengembangan Kurikulum.Diakses pada 14 Februari 2021 melalui http://afarshodiq369.blogspot.com/2017/04/pendekatan-dalampengembangan-kurikulum.html?m=1
































Sabtu, 24 Juli 2021

Model Pembelajaran Terpadu "SHARED"

  

Model Pembelajaran Terpadu

Dari kerangka teoretis yang lebih umum, model pembelajaran, menurut Isjoni (2012: 147), merupakan strategi yang digunakan guru untuk meningkatkan motivasi belajar, sikap belajar di kalangan siswa, mampu berpikir kritis, memiliki keterampilan sosial, dan pencapaian hasil pembelajaran yang lebih. Model pembelajaran berisi strategi-strategi pilihan guru untuk tujuan-tujuan tertentu di kelas.


Sementara, strategi, menurut Kemp (dalam Rusman, 2014: 132), merupakan suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan oleh guru dan siswa agar tujuan pembelajaran tercapai secara efektif dan efisien. Sementara itu, Dick dan carey menyatakan strategi pembelajaran sebagai suatu perangkat materi dan prosedur pembelajaran yang digunakan secara bersama-sama untuk menimbulkan hasil belajar pada siswa. Satu strategi pembelajaran dapat menggunakan beberapa metode. Model pembelajaran juga dilandasi oleh berbagai prinsip dan teori pengetahuan, diantaranya prinsipprinsip pembelajaran, teori psikologis, sosiologis, analisis sistem, atau teori lain yang membantu (dalam Rusman, 2014:132). Sehubungan dengan itu, model pembelajaran merupakan seperangkat materi dan prosedur pembelajaran atas dasar landasan teoretis tertentu untuk tujuan pembelajaran tertentu.

A.    Model Pembelajaran Terpadu Model Shared

1.      Pengertian Model Shared

Model pembelajaran terpadu tipe shared didasarkan pada ide-ide pembagian yang berasal dari dalam ilmu tersebut. Untuk menggunakan model pembelajaran terpadu tipe shared dari gabungan kurikulum, guru perlu mempelajari dua ilmu berdasarkan hubungan konsep, sikap dan ketrampilan yang sama. (Fogarty, 1991: 44-46)

Model pembelajaran terpadu tipe shared merupakan bentuk pemaduan pembelajaran akibat adanya tumpang tindih ide-ide atau konsep dua mata pelajaran atau lebih. Pembelajaran ini ditempuh didasarkan pada kenyataan bahwa banyak dijumpai terdapatnya suatu kemampuan yang pencapaiannya harus diwujudkan melalui dua atau lebih mata pelajaran.

Jadi Pembelajaran model terbagi (shared) adalah suatu pendekatan belajar mengajar yang menggabungkan dua atau lebih mata pelajaran yang melihat konsep, sikap dan ketrampilan yang sama. Penggabungan antara konsep pelajaran, keterampilan dan sikap yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya dipayungi dalam satu tema, sehingga dapat memberikan pengalaman yang bermakna bagi siswa. Dalam disiplin komplementer tersebut, perencanaan partner dan atau pengajaran memfokuskan pada konsep, ketrampilan, dan sikap, yang terbagi (shared).


 

2.      Ciri ciri Model Shared

·    Memadukan dua disiplin ilmu yang memiliki konsep, sikap, dan keterampilan yang sama.

·    Memiliki disiplin komplementer artinya antara ilmu yang satu dengan yang lainnya saling mengisi atau melengkapi.

 

3.      Kelebihan Model Shared

Fogarty (1991) menyatakan bahwa model keterpaduan tipe shared ini memiliki kelebihan yaitu:

·    Sebagai tahap awal menuju tipe pembelajaran terpadu yang lebih kompleks dengan empat disiplin ilmu

·     Konsep yang dikaji lebih mendalam

·    Hanya dua bidang kajian saja yang dikaitkan, sehingga pemahaman tentang materi lebih mendalam

·    Dengan pasangan bidang kajian, memfasilitasi pembelajaran yang lebih mendalam pada saat menyampaikan konsep yang tumpang tindih.

·   Dapat mengambil waktu yang sama untuk materi yang tumpang tindih. Misalnya jam pelajaran matematika pada materi segitiga siku-siku digabung dengan jam pelajaran IPA pada materi bidang miring.

 

4.      Kekurangan Model Shared

Model pembelajaran terpadu tipe shared tidak hanya memiliki kelebihan tetapi memiliki beberapa kekurangan yang diungkapkan oleh Fogarty (1991), diantaranya:

·      Waktu yang diperlukan untuk mengembangkan tipe ini cukup lama.

·   Dalam penyusunan proses pembelajaran tipe shared memerlukan kompromi dan kerjasama serta kepercayaan dalam tim.

·    Pada tahap awal pengintegrasian dua disiplin ilmu ini memerlukan komitmen dari partner.

·      Untuk mendapatkan konsep yang tumpang tindih diperlukan dialog dan percakapan yang mendalam.



SUMBER RUJUKAN


Hanna Sundari.2015.Model – Model Pembelajaran.Jurnal Pujangga.1(2), 109-110.


Shofiatun, Harto dan Reffiane.2019.Pengaruh Pembelajaran Terpadu Model Shared. Jurnal Pedagogi dan Pembelajaran.2(2),265-267