Wikipedia

Hasil penelusuran

Rabu, 06 Oktober 2021

MANAJEMEN PESERTA DIDIK

Latar Belakang

     Manajemen merupakan disiplin ilmu yang bertugas mencari kebenaran dalam predikat dimensi teoritis dan metodologi yang harus diuji dan dibuktikan berdasarkan fakta / data secara objektif kebenarnya. Manajemen dipandang sebagai perwujudan amal sholeh yang harus bertitik tolak dari niat baik. Niat baik tersebut akan memunculkan motivasi aktivitas untuk mencapai hasil yang optimal demi kesejahteraan bersama. Ada empat landasan untuk mengembangkan manajemen menurut pandangan Islam, yaitu kebenaran, kejujuran, keterbukaan, dan keahlian. Seorang manajer harus memiliki keempat sifat utama itu agar manajemen yang dijalankannya mendapatkan hasil maksimal.  

    Pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani anak didik menuju terbentuknya kepribadian yang utama. Komponen penting dalam pendidikan adalah peserta didik, peserta didik adalah orang yang memiliki potensi dasar yang perlu dikembangkan melalui pendidikan, baik secara fisik maupun psikis, baik pendidikan di lingkungan keluarga, sekolah, maupun di lingkungan masyarakat dimana anak tersebut berada. Manajemen peserta didik merupakan penataan dan pengaturan terhadap kegiatan yang berkaitan dengan peserta didik sejak peserta didik masuk sekolah sampai keluar dari sekolah. Manajemen peserta didik bukan hanya berupa pencatatan data siswa atau peserta didik, tetapi meliputi aspek yang lebih luas yang secara operasional membantu upaya pertumbuhan dan perkembangan peserta didik melalui proses pendidikan disekolah. 


Ruang Lingkup Manajemen Peserta Didik 

 

    Ruang lingkup manajemen pendidikan dilihat dari unsur-unsur yang ada di dalam manajemen pendidikan. Sebagai ilmu, manajemen pendidikan memiliki teori dan kerangka pikir yang sudah teruji, terutama yang berhubungan dengan teori-teori kepemimpinan, teori sumber daya manusia, dan perilaku organisasi Pendidikan. Teori manajemen pendidikan yang ilmiah lebih memfokuskan kajiannya pada kepentingan keberadaan pemimpin atau manajer dan perannya dalam suatu lembaga pendidikan yang disebut dengan supervisor. Teori klasik menjelaskan pemanfaatan dan pengangkatan personal pendidikan tentang tanggung jawab para pelaku pendidikan, serta penciptaan iklim lembaga pendidikan yang kondusif bagi lembaga pendidikan yang sangat bergantung pada sumber daya manusia yang menggerakkan lembaga pendidikan.  Lembaga pendidikan yang memiliki sumber daya manusia yang berkualitas membutuhkan pembagian kerja yang proporsional dan penempatan para pekerja menurut kompetensinya masing-masing, dengan demikian setiap pelaku pendidikan memikul tanggung jawab yang penuh sesuai dengan kecakapannya dan mengikuti sistem kerja profesional untuk tujuan pendidikan. Lembaga pendidikan dengan sistem kerja yang profesional di samping menempatkan pelaku pendidikan yang sesuai dengan proporsional, bonus yang prestatif standarisasi pekerjaan yang sistematis, pertanggungjawaban yang objektif, penerapan balas jasa atau insentif yang motivasional dan pengembangan lembaga pendidikan terukur.  Dalam teori organisasi klasik yang pertama kali diperkenalkan oleh B.I. Fayol (1841-1925) manajemen membahas hal-hal sebagai berikut : 

1. Technical: Kegiatan memproduksi atau mengorganisasikan dalam kaitannya dengan lembaga pendidikan melakukan kegiatan, menghasilkan lulusan lembaga pendidikan yang siap kerja. 

2. Commercial: Kegiatan membeli bahan dan menjual produk, dalam lembaga pendidikan. 

3. Financial: Kegiatan pembelanjaan, lembaga pendidikan membutuhkan pendanaan untuk mengadakan sarana dan prasarana serta pelaksanaan  pendidikan. 

4. Security: Kegiatan menjaga keamanan, lingkungan pendidikan baik secara internal maupun eksternal. 

5. Accountancy: Kegiatan akuntansi, lembaga pendidikan melibatkan kegiatan perhitungan pemasukan dana dan pengeluaran yang baik, sistematis, akurat dan efisiensi. Tidak melaksanakan kegiatan pendidikan yang kurang proporsional dengan kemampuan apalagi kegiatan yang hanya menghambur-hamburkan uang sedangkan hasil kegiatan kurang bermanfaat.

6. Managerial: Melaksanakan fungsi manajemen pendidikan membutuhkan perencanaan dan pengelolaan yang baik, sebagaimana adanya pengorganisasian dan pengoordinasian untuk semua kegiatan pendidikan.  Ruang lingkup manajemen peserta didik menurut (Imron, 2016) adalah sebagai berikut :  

1. Perencanaan Peserta Didik, dengan adanya perencanaan ini maka masalahmasalah yang muncul akan segera teratasi secepat mungkin.

2. Penerimaan Peserta Didik Baru, hal ini sangat penting dilakukan karena merupakan salah satu kegiatan manajemen peserta didik.  

3. Orientasi Peserta Didik, orientasi ini dilakukan ketika peserta didik selesai melakukan daftar ulang dan peserta didik akan melakukan orientasi atau pengenalan di hari pertama masuk sekolah. Hal ini dilakukan agar peserta didik mengenal seluk beluk sekolah yang akan ditempatinya.  

4. Mengatur Kehadiran dan Ketidakhadiran Peserta Didik, kehadiran peserta didik di sekolah adalah suatu hal yang kedepannya akan memunculkan interaksi atau proses pembelajaran di sekolah.  

5. Pengelompokkan Peserta Didik, hal ini dilakukan dimaksudkan untuk membantu keberhasilan mereka. Pengelompokkan ini biasa dikenal dengan pembagian kelas dan jurusan untuk peserta didik.  

6. Mengatur Evaluasi Hasil Belajar Peserta Didik, evaluasi dilakukan terhadap peserta didik agar mengetahui sudah sejauh mana perkembangan mereka seiring dengan berjalannya waktu.  

7. Mengatur Kenaikan Tingkat Peserta Didik, dalam pengaturan kenaikan tingkat atau biasa dikenal dengan kenaikan kelas ini biasanya disesuaikan dengan kebijakan di masing-masing sekolah.  

8. Mengatur Peserta Didik yang Mutasi dan Drop Out, kedua hal ini harus diatasi dengan baik supaya kedepannya tidak menimbulkan permasalahan yang berkepanjangan dan berakhir mengganggu kegiatan di sekolah.  

9. Kode Etik, Pengadilan, Hukuman dan Disiplin Peserta Didik, pendidikan pada dasarnya memiliki norma-norma tertentu bagi peserta didik. Dengan adanya norma-norma dan aturan-aturan tersebut maka peserta didik akan lebih terarah dan teratur serta tidak semena-mena dalam bertindak. Seperti halnya kode etik atau etika, etika pada dasarnya mengarahkan pada keberadaan satu aturan yang erat kaitannya dengan keberadaan moral yang tidak dapat terlepas dari keberadaan budaya yang berada disekitarnya. 

Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) 

 

        Peserta didik adalah seseorang yang terdaftar dalam, suatu jalur, jenjang,

dan jenis lembaga pendidikan tertentu, yang selalu ingin mengembangkan potensi

yang dimiliki baik akademik ataupun non akademik. Sementara menurut UU

Sisdiknas No.20 Tahun 2003 bahwa peserta didik merupakan anggota masyarakat

yang berusaha mengembangkan potensi dirinya melalui proses pembelajaran yang

tersedia pada jalur, jenjang dan jenis pendidikan tertentu.


Penerimaan peserta didik baru merupakan gerbang awal yang harus dilalui

peserta didik dan sekolah didalam penyaringan obyek-obyek pendidikan. Peristiwa

penting bagi suatu sekolah, karena peristiwa ini merupakan titik awal yang

menentukan kelancaran tugas suatu sekolah. Kesalahan dalam penerimaan peserta

didik baru dapat menentukkan sukses tidaknya usaha pendidikan disekolah yang

berangkutan. Penerimaan siswa baru dilakukan bukannya hal yang ringan. Sekolah

harus menyiapkan strategi-strategi yang tepat dalam menjalankannya, supaya 

menarik siswa-siswa yang berkualitas yang mana input sekolah juga lebih baik

sehingga proses belajar mengajar bisa maksimal dan kualitas sekolah terangkat.

Siswa sebagai peserta didik merupakan salah satu input yang ikut

menentukan keberhasilan proses pendidikan. Pengelolaan mencakup penerimaan

siswa baru, layanan bimbingan dan penyuluhan, pengelolaan siswa di kelas,

pengelolaan organisasi siswa intra sekolah dan pengelolaan data tentang siswa.

Tujuan manajemen peserta didik adalah mengatur kegiatan peserta didik agar

kegiatan tersebut menunjang proses pembelajaran disekolah supaya dapat berjalan

lebih lancar, tertib dan teratur. Penerimaan peserta didik baru merupakan suatu

proses administrasi yang terjadi setiap tahun untuk seleksi calon siswa berdasarkan

nilai akademik agar dapat melanjutkan pada pendidikan ke jenjang yang lebih

tinggi. 

Selasa, 03 Agustus 2021

FAKTOR-FAKTOR KEBERHASILAN IMPLEMENTASI KURIKULUM (Kurikulum Darurat Covid-19)

 BAB I PENDAHULUAN 

A. Latar Belakang 

    Kurikulum adalah suatu hal yang esensial dalam suatu penyelenggaraan pendidikan. Secara sederhana, kurikulum dapat dimengerti sebagai suatu kumpulan atau daftar pelajaran yang akan diajarkan kepada peserta didik komplit dengan cara pemberian nilai pencapaian belajar dikurun waktu tertentu. Kurikulum harus mampu mengakomodasi kebutuhan peserta didik yang berbeda secara individual, baik ditinjau dari segi waktu maupun kemampuan belajar. Oleh karena itu, merumuskan suatu kurikulum sudah barang tentu bukan perkara gampang. Banyak faktor yang menentukan dalam proses lahirnya sebuah kurikulum. Keberhasilan dalam pembelajaran dipengaruhi oleh faktor-faktor yang terlibat dalam semua kegiatan belajar mengajar. 

    Diantara faktor-faktor tersebut adalah siswa, guru, kebijakan pemerintah dalam membuat kurikulum, serta dalam proses belajar seperti metode, sarana dan prasarana (media pembelajaran), model, dan pendekatan belajar yang digunakan. Kondisi riil dalam pelaksanaannya latihan yang diberikan tidak sepenuhnya dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menerapkan konsep. Rendahnya mutu pembelajaran dapat diartikan kurang efektifnya proses pembelajaran. Penyebabnya dapat berasal dari siswa, guru maupun sarana dan prasarana yang ada, minat dan motivasi siswa yang rendah, kinerja guru yang rendah, serta sarana dan prasarana yang kurang memadai akan menyebabkan pembelajaran menjadi kurang efektif. 

    Meskipun berbagai usaha telah dilakukan oleh pemerintah untuk memecahkan persoalan yang ada, namun ternyata masih sajadi jumpai kelemahan dan kekurangan dalam penyelenggaraan pendidikan, baik di tingkat dasar, menengah maupun di jenjang perguruan tinggi. Kurikulum pendidikan yang selalu berubah dan berkembang sesuai dengan kebutuhan pendidikan yang mana seluruh komponen bangsa ikut memberikan dorongan bagi penyelenggara pendidikan untuk selalu melakukan proses perbaikan, modifikasi, dan evaluasi pada kurikulum yang digunakan. Di dalam proses pengendalian mutu pendidikan, kurikulum merupakan perangkat yang sangat penting karena menjadi dasar untuk menjamin kompetensi keluaran dari proses pendidikan. Kurikulum harus selalu diubah secara periodik untuk menyesuaikan dengan dinamika kebutuhan pengguna dari waktu ke waktu. 

B. Rumusan Masalah 

1. Apa saja faktor yang mempengaruhi kurikulum? 

2. Bagaimana promosi untuk melakukan perubahan kurikulum? 

3. Bagaimana penguatan sumber daya utama dan pendukung ? 

4. Apa saja hambatan dalam implementasi kurikulum? 

5. Bagaimana strategi mengatasi hambatan dalam implementasi kurikulum? 

6. Bagaimana kurikulum darurat itu? 

C. Tujuan 

1. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi kurikulum. 

2. Untuk mengetahui promosi untuk melakukan perubahan kurikulum. 

3. Untuk mengetahui penguatan sumber daya utama dan pendukung .

 4. Untuk mengetahui hambatan dalam implementasi kurikulum. 

5. Untuk mengetahui strategi mengatasi hambatan dalam implementasi kurikulum. 

6. Untuk mengetahui kurikulum drurat. 

D. Manfaat 

1. Secara Teoritis Sebagai penambah khasanah dibidang Ilmu Kependidikan khususnya tentang Faktor-faktor Keberhasilan Implementasi Kurikulum. 

2. Secara Praktis 

a.Bagi Calon Guru Sebagai calon guru harus dapat mengetahui pengetahuan tentang Faktor-faktor Keberhasilan Implementasi Kurikulum dalam pengembangan pembelajaran Kajian Kurikulum SD. 

b. Bagi Pembaca Dengan dituliskan laporan ini pembaca diharapkan dapat mengetahui dan memahami tentang Faktor-faktor Keberhasilan Implementasi Kurikulum dalam pengembangan pembelajaran Kajian Kurikulum SD. 

BAB II PEMBAHASAN 

A. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Implementasi 

    Implementasi Kurikulum dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu: 

a. Karakteristik kurikulum; yang mencakup ruang lingkup ide baru suatu kurikulum dan kejelasaanya bagi pengguna di lapangan. 

b. Strategi implementasi: yaitu strategi yang digunakan dalam implementasi, seperti diskusi profesi, seminar, penataran, loka karya, penyediaan buku kurikulum, dan kegiatan-kegiatan yang dapat mendorong penggunaan kurikulum di lapangan. 

c. Karakteristik pengguna kurikulumyang meliputi pengetahuan, keterampilan, nilai, dan sikap guru terhadap kurikulum, serta kemempuanya untuk merealisasikan kurikulum dalam pembelajaran. Sejalan dengan uraian di atas, Mars (1998) mengemukakan tiga faktor yang mempengaruhi implementasi kurikulum, yaitu dukungan kepala sekolah, dukungan rekan sejawat guru, dan dukungan internal yang datang dalam diri guru sendiri. Dari beberapa faktor tersebut guru merupakan faktor penentu di samping faktor-faktor yang lain. 

B. Promosi Untuk Melakukan Perubahan Kurikulum 

    Perubahan tidak selamanya akan berjalan mulus tanpa hambatan, akan tetapi, terkadang perubahan memunculkan berbagai penolakan. Baik penolakan secara langsung baik tidak langsung. Dengan demikian, kajian dalam manajemen perubahan mempertimbangkan strategi yang dapat digunakan guna menghadapi resistensi yang ada diantaranya: 

1. Pendidikan dan komunikasi Yang dimaksud dengan pendidikan disini ialah, pemberian informasi yang selengkap mungkin kepada semua pihak dalam organisasiterutama yang akan segera dan langsung terkena dampak perubahan tentang perubahan apa yang akan terjadi serta alasan kuat dan rasional mengapa perubahan itu perlu dilakukan. Kiatnya adalah, denganmenyelenggarakan komunikasi yang transparan dan terbuka, baik melalui kegiatan tatap muka, informasi tertulis, 4 diskusi, paparan oleh para ahli, dan laporan tentang situasi yang dihadapi oleh organisasi. 

2. Partisipasi Membantu dan memberi dorongan kepada semua pihak yang terlibat dalam proses dan aktivitas perubahan tersebut, dalam rangka upaya mendapatkan upaya ide-ide mereka, dan untuk memastikan komitmen mereka. Kegiatan partisipasi, akan meningkatkan pemahaman,dan membentuk perasaan pengendalianpengendalian, ia mengurangi ketidakpastian, dan ia mengembangkan suatu perasaan kepemilikan, apabila perubahan yang berlangsung, secara langsung mempengaruhi orang-orang. Hal tersebut, merupakan sebuah gejala psikologi orang orang sulit menolak perubahan, apabila mereka justru turut membantu menciptkan dan mendorong perubahan tersebut. 

3. Fasilitas dan bantuan Agen perubahan dapat menawarkan serangkaian upaya untuk mengurangi hambatan dengan memberikan fasilitas dan dukungan kepada pekerja. Hal tersebut terjadi ketika pekerja merasa takut dan tingkat kegelisahan tinggi, pekerja dapat diberi konseling dan terapi serta pelatihan keterampilan baru. 

4. Negosiasi Negosiasi sebagai taktik mungkin penting jika hambatan datang dari sumber yang kuat. Jika hambatan terletak pada beberapa individual kuat, paket penghargaan spesifik dapat dinegosiasikan yang dapat memenuhi kebutuhan individu. 

5. Manipulasi dan kooptasi Manipulasi informasi menyangkut nilai-nilai etika karena kiat ini dapat berarti pemberian gambaran yang berlebihan tentang keuntungan yang akan diperoleh kalau perubahan terjadi. Oleh sebab itu, yang dimaksud kooptasi ialah membujuk orang yang paling berpengaruh dalam kelompok agar menerima perubahan dengan asumsi bahwa orang yang berpengaruh tersebut telah masuk ke kubu pendukung perubahan, para pengikutnya dalam kelompok akan mengikuti jejaknya. Kiat ini mirip dengan kiat negosiasi. 

6. Paksaan Penggunaan kiat paksaan dapat dibenarkan asal saja pertimbangannya benarbenar di dasarkan pada kepentingan orang banyak dan demi kebaikan. Pemaksaan dalam suatu proses pembelajaran merupakan hal yang diperlukan untuk meemberikan stimulus pada anak agar mereka dapat berpikir secara kritis. Bukan berarti pembelajaran yang dilakukan oleh guru harus ditelan mentahmentah oleh siswa tanpa memberikan kesempatan kepada mereka untuk berpendapat, tetapi bagaimana mengondisikan siswa agar mereka bisa mengikuti pembelajaran dengan baik dan dapat menciptakan sesuatu pada akhirnya. 

C. Penguatan Sumber Daya Utama dan Pendukung 

    Terdapat dua sumber daya yang harus menjadi perhatian dalam implementasi Kurikulum, yaitu sumber daya utama dan sumber daya pendukung. Penguatan sumber daya utama terdiri atas sumber daya manusia dan bahan ajar, penguatan sumber daya tersebut yaitu: 

1. Guru Sebagai sumber daya utama seorang guru perlu mempersiapkan hal-hal seperti berikut: 

a. Kompetensi dan sikap.

    Kompetensi dapat terdiri atas kompetensi pedagogik, yaitu penguatan kompetensi guru mengenai landasan-landasan pedagogik Kurikulum 2013; kompetensi profesional yaitu penguatan mengenai kompetensi baik kompetensi inti maupun kompetensi dasar, bahan ajar, pendekatan pembelajaran kurikulum 2013; sistem evaluasi dan tata kelola Kurikulum 2013. 

b. Pelibatan guru-guru dalam proses pengambilan keputusan implementasi kurikulum. 

    Pelibatan ini pada tataran mikro dilakukan di tingkat sekolah dalam menyusun agenda kegiatan implementasi kurikulum di sekolah. 

c. Perlu dibangun dan dipersiapkan hubungan kolegial yang berkualitas di sekolah-sekolah. Implementasi kurikulum mensyaratkan perlunya hubungan kolegial yang kuat sehingga terjadi proses sharing sumber daya yang tersedia. Guru-guru yang sudah mengikuti pendidikan dan latihan mengenai kurikulum dapat menjadi nara sumber dan sejawat sebagai mitra dalam implementasi kurikulum. 

2. Kepala sekolah Sebagai manajer di sekolah

    Fungsi manajemen kepala sekolah baik untuk merencanakan, melaksanakan, mengawasi dan mengevaluasi pelaksanaan implementasi sangat penting. Berdasarkan berbagai hasil penelitian menunjukkan bahwa kepala sekolah memunyai peranan yang sangat penting dalam implementasi kurikulum. Berbagai hasil penelitian tersebut menunjukkan setidaknya terdapat lima kemampuan yang harus dipersiapkan dari seorang kepala sekolah seperti berikut (Dimba, 2001:60-62) berikut: 

a. Kemampuan kepala sekolah untuk mengorganisir kegiatan pengembangan seperti inservice training programmes,workshop, staff development meetings and by inviting experts. 

b. Mengembangkan strategi implementasi yang beragam untuk membimbing guru. 

c. Melakukan kolaborasi dengan stakeholders dalam menata kelola perubahan kurikulum. 

d. Melibatkan stakeholders dalam manajemen implementasi. 

e. Melibatkan orang tua dalam implementasi. Sekolah melalui kepala sekolah sudah harus memiliki program implementasidanpengembangan Kurikulum. 

    Program tersebut dapat mencakup tahapan persiapan, rencana penyiapan dan pengembangan guruguru melalui kegiatan-kegiatan seperti seminar, workshop, atau kegiatan kerjasama guru antarsekolah dan atau antarmata pelajaran. Rencana kerjasama dengan berbagai pihak baik pemerintah daerah, perguruan tinggi, antarsekolah, dan stakeholders lainnya perlu dikembangkn oleh kepala sekolah. Orang tua sebagai stakeholders utama perlu didorong keterlibatannya melalui kegiatan-kegiatan terorganisir oleh lembaga-lembaga seperti komite sekolah atau lembaga sejenis lainnya. Penguatan sumber daya pendukung, sumber daya pendukung keberhasilan pelaksanaan kurikulum di antaranya adalah: manajemen sekolah, pemanfaatan sumber belajar, penggunaan media pembelajaran.

 1. Manajemen sekolah adalah proses untuk mencapai tujuan-tujuan organisasi dengan melakukan kegiatan dari empat fungsi utama, yaitu merencanakan (planning), mengorganisasikan (organizing), memimpin (leading), dan mengendalikan (controlling). Dengan demikian, manajemen adalah sebuah kegiatan yang berkesinambungan, terus menerus dan saling keterkaitan. 

2. Pemanfaatan sumber belajar, sumber belajar merupakan salah satu komponen yang membantu dalam proses belajar mengajar. Sumber belajar tidak lain adalah daya yang dapat dimanfaatkan guna kepentingan proses belajar 7 mengajar, baik secara langsung maupun tidak langsung, sebagian atau secara keseluruhan. Sumber belajar memiliki fungsi yang sangat penting dalam kegiatan pembelajaran. Kalau media pembelajaran sekedar media untuk menyampaikan pesan, sedangkan sumber belajar tidak hanya memiliki fungsi tersebut, tetapi juga termasuk strategi, metode, dan tekniknya. 

3. Penggunaan media pembelajaran,media yang digunakan guru atau siswa dengan baik dapat memengaruhi evektivitas program belajar mengajar. Dalam proses pembelajaran terdapat tingkatan proses aktivitas yang mellibatkan keberadaan media pembelajaran, yaitu; 

a. Tingkat peengolahan informasi, 

b. Tingkat penyampaian inforrmasi, 

c. Tingkat penerimaan informasi, 

d. Tingkat respons dari siswa, 

e. Tingkat diagnosis dari guru, 

f. Tingkat penilaian, dan 

g. Tingkat penyampaian hasil. 

D. Hambatan dalam Implementasi Kurikulum 

1. Hambatan dari pemerintah dan dinas pendidikan: 

a. Pendistribusian buku yang terlambat Proses pembelajaran menjadi terhambat, siswa pun harus rela menjawab soal-soal di kertas lain, tidak di dalam buku, dikarenakan buku yang langka. Jika buku guru dan siswa distribusinya bermasalah, dengan adanya pembelajaran pun tentunya juga akan terganggu, sebab buku guru dan siswa merupakan sumber-sumber yang secara khusus dirancang untuk implementasi Kurikulum. 

b. Mengenai teknis penilaian, proses penilaian sampai pada pengisian rapor siswa masih yang membingungkan Hal ini menggambarkan jika penilaian merupakan masalah rumit yang dihadapi guru dalam implementasi Kurikulum. Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 66 tahun 2013 mengenai Standar Penilaian menyebutkan bahwa penilaian pendidikan sebagai proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk bisa mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik mencakup : penilaian otentik, penilaian diri, 8 penilaian berbasis portofolio, ulangan, ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, ujian tingkat kompetensi, ujian mutu tingkat kompetensi, ujian nasional, dan ujian sekolah / madrasah. Harapan dari pemerintah mengenai suatu penilaian yang sangat baik, yaitu anak yang dinilai secara otentik, meninggalkan subjektivitas guru.

 c. Berkaitan dengan administrasi guru Beban administrasi guru yang masih tetap banyak dan masih membebani guru. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dianggap lebih banyak dengan menyita waktu guru dalam hal administrasi,seperti pembuatan Silabus dan RPP dan pembuatan portofolio anak. 

d. Berkaitan dengan manajemen waktu pada buku guru maupun buku siswa yang kurang seimbang (materi tidak sesuai dengan alokasi waktu) dan adanya kesalahan-kesalahan dalam buku guru maupun buku siswa Adanya materi yang tidak sesuai dengan konsep yang ada, tetapi harus disikapi dengan adanya pembetulan konsep agar tidak terjadi kembali miskonsepsi pada siswa. Tata urutan materi tidak harus sesuai yang ada di Buku Siswa, Buku Guru, maupun silabus. Guru memiliki kekuasaan penuh untuk mengubah atau memodifikasi materi yang ada di buku atau silabus tersebut sepanjang sesuai dengan logika ademik yang benar. Dalam perbedaan, kesalahan, atau kekurangan alokasi waktu, guru harus menyesuaikan dengan tingkat pemahaman pada siswa. 

e. Berkaitan dengan sosialisasi Kurikulum Sosialisasi kurikulum masih dianggap belum merata di semua kalangan sekolah. Pemerintah perlu memetakan ulang kembali terkait adanya suatu sosialisasi yang dilakukan. Jika sosialisasi belum diperoleh para guru,lalu bagaimana selanjutnya pembelajaran Kurikulum 2013 yang selama ini akan berlangsung. Kendala lain yang berkaitan dengan adanya sosialisasi ini adalah kualitas instruktur dalam adanya sosialisasi.

f. Kendala panduan pelaksanaan kurikulum yang kurang jelas. 

g. Kendala buku siswa yang seharusnya kontekstual justru sangat tekstual. 


2. Hambatan yang berasal dari Guru: 

a. Kendala yang berasal dari kompetensi guru yaitu terutama dalam hal tematik memadukan muatan dan mengajarkannya dalam naungan tema masih sulit bagi sebagian guru Pembelajaran tematik merupakan salah satu model suatu pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan dari beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman yang bermakna bagi peserta didik. Namun dalam praktik, sejumlah guru masih mengalami kesulitan mengordinasikan beberapa mapel tersebut dalam satu tema. Misalnya, seorang guru kelas kurang menguasai secara mendalam penjabaran tema sehingga dalam pembelajaran tematik akan merasa sulit untuk mengaitkan tema dengan materi pokok setiap mata pelajaran. Di samping itu, jika skenario pembelajaran tidak menggunakan metode yang inovatif maka pencapaian standar kompetensi dan kompetensi dasar tidak akan tercapai. 

b. Guru kesulitan dalam memahami model pembelajaran yang ditawarkan di Kurikulum 

c. Guru harus menguasai IT Dari tahun ke tahun penguasaan IT menjadi PR bagi kompetensi guru di Indonesia. 

3. Hambatan yang Berasal dari Institusi (Yayasan): 

a. Sarana dan prasarana yang menunjang pembelajaran saat ini dianggap masih kurang memadahi Hal ini terkait adanya sarana dan fasilitas yang dibutuhkan guru dan siswa dalam pembelajaran. Pembelajaran ini membutuhkan sumber-sumber yang aktual dan tidak hanya sebatas tekstual. 

b. Rotasi guru Rotasi guru antar jenjang juga bisa mengakibatkan adanya permasalahan, maka dari itu guru harus menyiapkan perangkat dan administrasi yang baru, guru juga kesulitan untuk beradaptasi dengan sistem rotasi yang diberlakukan saat ini. Rotasi yang dilakukan yayasan tidak hanya rotasi antarjenjang, melainkan juga antar sekolah. 

4. Hambatan yang Berasal dari Siswa dan Orang Tua: 

a. Dalam penyusunan kurikulum ini mungkin tidak semua orang tua dapat ikut serta karena keterbatasan waktu dan latar belakang yang kurang memadai. 

b. Kebingungan tidak hanya dialami oleh siswa, melainkan orang tua pun juga mengalami kebingungan ketika akan mendampingi anaknya belajar di rumah. Selain itu orang tua harus beradaptasi dengan nilai serta raport siswa yang berbeda. 

E. Strategi Mengatasi Hambatan dalam Implementasi Kurikulum 

    Dari tahun ke tahun, dunia pendidikan terus mengalami perubahan. Salah satu permasalahan di bidang pendidikan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia, yaitu masih rendahnya kualitas pendidikan pada setiap jenjang. Pemerintah terus berupaya untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional, salah satunya dengan melakukan penyempurnaan kurikulum. Namun, dengan adanya kurikulum yang baru, tentunya ada banyak pula hambatan yang dihadapi. Berikut merupakan strategi untuk mengatasi hambatan dalam implementasi kurikulum: 

1. Mengadakan Sosialisasi Dalam implementasi kurikulum, sosialisasi sangat penting untuk dilakukan agar semua pihak yang terlibat dalam implementasinya di lapangan paham atas adanya perubahan dan mengetahui apa yang harus dilakukan sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya masing-masing, sehingga mereka dapat memberikan dukungan terhadap perubahan kurikulum yang dilakukan. 

2. Mengadakan pelatihan-pelatihan dan pendidikan untuk mengubah paradigma guru sebagai pemberi materi menjadi guru yang memotivasi siswa agar kreatif. Kesiapan para guru merupakan modal yang sangat penting untuk pelaksanaan sebuah kurikulum. Aspek-aspek kesiapan guru meliputi sejauh mana guru memahami, menguasai isi kurikulum, menguasai strategi pembelajaran dan penilaiannya dengan menggunakan sarana prasarana yang diperlukan secara efektif untuk mencapai tujuan pembelajaran. 

3. Sebagai tenaga pendidik, guru harus dipersiapkan untuk menguasai kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional dengan sebaik-baiknya. 

4. Meningkatkan peran Kelompok Kerja Guru (KKG) Di dalam KKG semua permasalahan yang dihadapi guru dapat di musyawarahkan dan dipecahkan bersama. KKG juga dijadikan tempat berbagi ilmu yang didapat oleh guru dari pelatihan yang diwakilinya

5. Mengadakan lesson study ataupun workshop Yakni, lesson study yang membahas cara mengajarkan kegiatan pembelajaran yang dimaksudkan dalam kurikulum. Lesson study merupakan satu upaya meningkatkan proses dan hasil pembelajaran yang dilaksanakan secara kolaboratif dan berkelanjutan oleh sekelompok guru. Dengan berkolaborasi, guru mampu mengembangkan bagaimana siswa belajar dan bagaimana membelajarkan siswa. Selain itu melalui lesson study guru dapat memperoleh pengetahuan dari guru lainnya atau narasumber. Hal ini diperoleh melalui umpan balik antar anggota lesson study. 

6. Mengadakan sosialisasi pembuatan RPP Kurikulum supaya guru tidak merasa kesulitan lagi dalam pembuatannya. 

7. Kepala sekolah harus aktif berkomunikasi dengan sesama kepala sekolah dari sekolah-sekolah lain. Kepala sekolah juga dapat mengirimkan para guru untuk mengikuti berbagai penataran atau pelatihan untuk meningkatkan profesionalisme guru. 

8. Untuk mengatasi kesulitan mengenai distribusi buku, dapat diatasi dengan mengunduh softcopy buku yang disediakan website pemerintah, setidaknya untuk menjadi acuan guru dalam mengajar. 

9. Mengubah pola pendidikan yang berorientasi terhadap hasil dan materi kepada pendidikan sebagai proses, melalui pendekatan tematik integratif dengan contextual teaching and learning (CTL). Oleh karena itu, pembelajaran harus sebanyak mungkin melibatkan peserta didik, agar mereka mampu bereksplorasi untuk membentuk kompetensi dengan menggali berbagai potensi dan kebenaran secara ilmiah. 

10. Melakukan pemerataan pendidikan melalui pemerataan sarana dan prasarana ke sekolah terpencil, sehingga tidak akan ada lagi siswa di daerah terpencil yang terbelakang pendidikan. 

11. Perlu ada tenaga kependidikan khusus di sekolah yang bertugas untuk mengelola dapodik, e-raport, dan administrasi untuk mengurangi beban guru agar mereka dapat fokus dengan tugas pokoknya sebagai guru. 

F. Kurikulum Darurat 

    Kurikulum darurat (dalam kondisi khusus) yang disiapkan oleh Kemendikbud merupakan penyederhanaan dari kurikulum nasional. Pada kurikulum tersebut dilakukan pengurangan kompetensi dasar untuk setiap mata pelajaran sehingga guru dan siswa dapat berfokus pada kompetensi esensial dan kompetensi prasyarat untuk kelanjutan pembelajaran di tingkat selanjutnya. Pelaksanaan kurikulum pada kondisi khusus bertujuan untuk memberikan fleksibilitas bagi satuan pendidikan untuk menentukan kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan pembelajaran peserta didik. Satuan pendidikan pada kondisi khusus dalam pelaksanaan pembelajaran : 

1. Tetap mengacu pada Kurikulum Nasional; 

2. Menggunakan kurikulum darurat; atau 

3. Melakukan penyederhanaan kurikulum secara mandiri. “Semua jenjang pendidikan pada kondisi khusus dapat memilih dari tiga opsi kurikulum tersebut,” terang Mendikbud. Kemendikbud juga menyediakan modul-modul pembelajaran untuk Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dan Sekolah Dasar (SD) yang diharapkan dapat membantu proses belajar dari rumah dengan mencakup uraian pembelajaran berbasis aktivitas untuk guru, orang tua, dan peserta didik. “Dari opsi kurikulum yang dipilih, catatannya adalah siswa tidak dibebani tuntutan menuntaskan seluruh capaian kurikulum untuk kenaikan kelas maupun kelulusan, dan pelaksanaan kurikulum berlaku sampai akhir tahun ajaran,” Modul belajar PAUD dijalankan dengan prinsip “Bermain adalah Belajar”.  

    Proses pembelajaran terjadi saat anak bermain serta melakukan kegiatan sehari-hari. Sementara itu, untuk jenjang pendidikan SD modul belajar mencakup rencana pembelajaran yang mudah dilakukan secara mandiri oleh pendamping baik orang tua maupun wali. “Modul tersebut diharapkan akan mempermudah guru untuk memfasilitasi dan memantau pembelajaran siswa di rumah dan membantu orang tua dalam mendapatkan tips dan strategi dalam mendampingi anak belajar dari rumah,”. Untuk membantu siswa yang terdampak pandemi dan berpotensi tertinggal, Mendikbud mengimbau guru perlu melakukan asesmen diagnostik. Asesmen dilakukan di semua kelas secara berkala untuk mendiagnosis kondisi kognitif dan non-kognitif siswa sebagai dampak pembelajaran jarak jauh. 

    Asesmen non-kognitif ditujukan untuk mengukur aspek psikologis dan kondisi emosional siswa, seperti kesejahteraan psikologi dan sosial emosi siswa, kesenangan siswa selama belajar dari rumah, serta kondisi keluarga siswa. Asesmen kognitif ditujukan untuk menguji 13 kemampuan dan capaian pembelajaran siswa. Hasil asesmen digunakan sebagai dasar pemilihan strategi pembelajaran dan pemberian remedial atau pelajaran tambahan untuk peserta didik yang paling tertinggal. Pemerintah juga melakukan relaksasi peraturan untuk guru dalam mendukung kesuksesan pembelajaran di masa pandemi Covid-19. “Guru tidak lagi diharuskan untuk memenuhi beban kerja 24 jam tatap muka dalam satu minggu sehingga guru dapat fokus memberikan pelajaran interaktif kepada siswa tanpa perlu mengejar pemenuhan jam,”. Mendikbud berharap kerja sama semua pihak dapat terus dilakukan. Orang tua diharapkan dapat aktif berpartisipasi dalam kegiatan proses belajar mengajar di rumah, guru dapat terus meningkatkan kapasitas untuk melakukan pembelajaran interaktif, dan sekolah dapat memfasilitasi kegiatan belajar mengajar dengan metode yang paling tepat. “Kerja sama secara menyeluruh dari semua pihak sangat diperlukan untuk menyukseskan pembelajaran di masa pandemi Covid-19,”.

STKIP PGRI Trenggalek

BAB III PENUTUP 

A. KESIMPULAN 

    Faktor-faktor yang Mempengaruhi Implementasi Kurikulum dipengaruhi oleh tiga factor yaitu : Karakteristik kurikulum, Strategi implementasi, Karakteristik pengguna kurikulumyang meliputi pengetahuan, keterampilan, nilai, dan sikap guru terhadap kurikulum, serta kemempuanya untuk merealisasikan kurikulum dalam pembelajaran. Promosi Untuk Melakukan Perubahan Kurikulum perubahan tidak selamanya akan berjalan mulus tanpa hambatan, akan tetapi, terkadang perubahan memunculkan berbagai penolakan. perubahan mempertimbangkan strategi yang dapat digunakan guna menghadapi resistensi yang ada diantaranya : Pendidikan dan komunikasi, Partisipasi, Fasilitas dan bantuan, Negosiasi, Manipulasi dan kooptasi, paksaan. Penguatan Sumber Daya Utama dan Pendukung, di dalamnya terdapat dua sumber daya yang harus menjadi perhatian dalam implementasi Kurikulum, yaitu sumber daya utama dan sumber daya pendukung. 

    Penguatan sumber daya utama terdiri atas sumber daya manusia dan bahan ajar, contohnya : guru dan kepala sekolah. Sedangkan Penguatan sumber daya pendukung, sumber daya pendukung keberhasilan pelaksanaan kurikulum di antaranya adalah: manajemen sekolah, pemanfaatan sumber belajar, penggunaan media pembelajaran. Hambatan dalam Implementasi Kurikulum yaitu Hambatan dari pemerintah dan dinas pendidikan, Hambatan yang berasal dari Guru, Hambatan yang Berasal dari Institusi (Yayasan), Hambatan yang Berasal dari Siswa dan Orang Tua. Strategi Mengatasi Hambatan dalam Implementasi Kurikulum. Dari tahun ke tahun, dunia pendidikan terus mengalami perubahan. Salah satu permasalahan di bidang pendidikan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia, yaitu masih rendahnya kualitas pendidikan pada setiap jenjang. 

    Strategi untuk mengatasi hambatan dalam implementasi kurikulum: Mengadakan Sosialisasi, Mengadakan pelatihan-pelatihan dan pendidikan untuk mengubah paradigma guru, guru harus dipersiapkan untuk menguasai kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, 15 kompetensi sosial, dan kompetensi profesional dengan sebaik-baiknya, Meningkatkan peran Kelompok Kerja Guru (KKG), Mengadakan lesson study ataupun workshop, dan lain-lain. Kurikulum darurat (dalam kondisi khusus) yang disiapkan oleh Kemendikbud merupakan penyederhanaan dari kurikulum nasional. Pada kurikulum tersebut dilakukan pengurangan kompetensi dasar untuk setiap mata pelajaran sehingga guru dan siswa dapat berfokus pada kompetensi esensial dan kompetensi prasyarat untuk kelanjutan pembelajaran di tingkat selanjutnya. Pelaksanaan kurikulum pada kondisi khusus bertujuan untuk memberikan fleksibilitas bagi satuan pendidikan untuk menentukan kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan pembelajaran peserta didik. 


DAFTAR PUSTAKA 

Anggi.Dwi. (2016). "Faktor-faktor Penghambat Implementasi Kurikulum 2013 Bagi Guru Mata Pelajaran PPKn di SMA Negeri Se-Kota Palembang." Jurnal Bhineka Tunggal Ika. Vol.03.(No.01). Hlm.72-75. 

Anshar.Mohamad. (2015). "Kurikulum Hakikat, Fondasi, Desain & Pengembangan". Jakarta. PT Fajar Interpratama Mandiri. 

Damai.Apri. (2015). "Kendala Guru Sekolah Dasar dalam Implementasi Kurikulum 2013". Cakrawala Pendidikan. No.03. Hlm.457-466. 

Gusty, Sri dkk. (2020). “Belajar Mandiri: Pembelajaran Daring di Tengah Pandemi Covid-19”. Yayasan Kita Menulis. 

Hamalik, Oemar. (2012). “Manajemen Pengembangan Kurikulu.”. Bandung. PT Remaja Rosdakarya 

Kemdikbud. (2020). ''Kemendikbud Terbitkan Kurikulum Darurat pada Satuan Pendidikan dalam Kondisi Khusus". https://www.kemdikbud.go.id/main/blog/2020/08/kemendikbud-terbitkankurikulum-darurat-pada-satuan-pendidikan-dalam-kondisi-khusus (diakses pada tanggal 8 April 2021).

Maimunah. (2014). “Sumber Daya Pendukung Keberhasilan Pelaksanaan Kurikulum”. Jurnal AL-AFKAR. Vol.03. (No.02). Hlm.6-13. 

Muhammedi. (2016). "Perubahan Kurikulum di Indonesia: Studi Kritis Tentang Upaya Menemukan Kurikulum Pendidikan Islam Yang Ideal". Raudhah. Vol.04.(No.01).Hlm.50-53. 17 

Yuhelman.Nofri. (2014). "Manajemen Implementasi Kurikulum: Strategi Penguatan Implementasi Kurikulum 2013". Cakrawala Pendidikan. No.01. Hlm.13-19.

Minggu, 25 Juli 2021

LANDASAN PENGEMBANGAN KURIKULUM

PENGEMBANGAN KURIKULUM


A. Latar Belakang

    Pengembangan kurikulum sebenarnya merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan,sebagai instrumen yang membantu praktisi pendidikan untuk memenuhi kebutuhan peserta didik dan kebutuhan masyarakat. Pengembangan kurikulum merupakan alat untuk membantu guru melakukan tugasnya mengajar dan memenuhi kebutuhan masyarakat. Pengembangan kurikulum tidak pernah berhenti, ia merupakan proses yang berkelanjutan dan proses siklus yang terus menerus sejalan dengan perkembangan dan tuntutan perubahan masyarakat. Penyusunan kurikulum membutuhkan landasan-landasan yang kuat, yang didasarkan oleh hasil-hasil pemikiran dan penelitian yang mendalam dan sesuai dengan tantangan zaman. Karena kurikulum ibarat sebuah rumah yang harus mempunyai pondasi agar dapat berdiri tegak, tidak rubuh dan dapat memberikan kenyamanan bagi yang tinggal di dalamnya, pondasi tersebut ialah landasan-landasan untuk kurikulum sebagai rumahnya, agar bisa memberikan kenyamanan dan kemudahan bagi peserta didik untuk menuntut ilmu dan menjadikannya produk yang berguna bagi dirinya sendiri, agama, masyarakat dan negaranya.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pentingnya pengembangan kurikulum ?
2. Apa landasan pengembangan kurikulum?
3. Bagaimana pendekatan sistem dalam pengembangan kurikulum?
4. Apa faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan kurikulum ?
5. Apa masalah dalam pengembangan kurikulum?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk menjelaskan pentingnya pengembangan kurikulum
2. Untuk menjelaskan landasan pengembangan kurikulum
3. Untuk menjelaskan pendekatan sistem dalam pengembangan kurikulum 
4.  Untuk menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan kurikulum
5. Untuk menjelaskan masalah dalam pengembangan kurikulum


 

PEMBAHASAN MASALAH


A. Pentingnya Pengembangan Kurikulum

    GBHN 1999 menjelaskan mengenai pentingnya pengembangan kurikulum yang dapat melayani keanekaragaman kemampuan, sarana pembelajaran,sumber daya manusia, kemampuan siswa dan budaya di daerah pengembangan kurikulum menjamin hasil pendidikan bermutu yang dapat membentuk masyarakat Indonesia yang  sejahtera, damai, demokrastis dan berdaya saing untuk maju. Pengembangan kurikulum yaitu tuntutan desentralisasi pendidikan sebagaimana tertuang dalam undang-undang nomor 22 tahun 1999 tentang pemerintah daerah yang menegaskan adanya kewenangan daerah propensi, kabupaten, dan kota untuk “mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasrakan aspirasi masyarakat” (pasal 4). Dalam konteks desentralisasi dan seiring dengan perwujudan pemerataan hasil pendidikan bermutu di perlukan kurikulum yang memuat kompetensi umum lulusan yang dapat di pertanggung jawabkan dalam konteks lokal, nasional, dan
global. Kompetensi umum ini harus di kuasi siswa di seluruh Indonesia. Pentingnya pengembangan kurikulum harus fokus pada hasil pendidikan yang bermutu, yaitu siswa yang mandiri ,sehat, berbudaya, berpengetahuan dan menguasai teknologi, berakhlak mulia beretos kerja ,serta cinta tanah air. Untuk mewujudkan siswa  dengan ciri-ciri tersebut perlu dikembangkan berdasarkan aspek-aspek berikut: 
1. Defenisifikasi kurikulum
2. Kurikulum berbasis kompetensi dasar
3. Partisipasi kepada masyarakat
4. Manajemen berbasis sekolah
5. Standar nasional


B. Landasan Pengembangan Kurikulum

    Dalam setiap pengembangan kurikulum pasti ada landasan-landasan yang digunakan. Berikut ini landasan-landasan yang digunakan dalam pengembangan kurikulum :

1. Landasan Filosofis

    Landasan filosofis berarti bahwa pendidikan selalu relevan dengan manusia, baik sebagai subjek, sebagai objek maupun sebagai pengelola. Oleh karena itu, pendidikan selalu menjadi inti dari interaksi manusia. Tentunya dalam interaksi semacam ini, tujuan dan sasaran harus dicapai, materi atau materi yang perlu diinteraksikan, ada proses interaksi dengannya, dan ada kegiatan evaluasi untuk menentukan realisasi dari proses tersebut beserta hasilnya. Tentunya untuk merumuskan dan mengembangkan segala aspek yang berkaitan dengan semua aspek kurikulum diperlukan jawaban atau pemikiran yang mendalam dan mendasar, dengan kata lain harus digunakan pemikiran filosofis. Pendidikan sebagai ilmu terapan tentunya membutuhkan ilmu-ilmu lain sebagai penunjang, dalam hal ini filsafat. Filsafat pendidikan pada dasarnya adalah penerapan dan pemikiran filosofis untuk memecahkan masalah pendidikan. Dalam filsafat pendidikan terdapat beberapa aliran filsafat yaitu progresivisme, esensialisme, perenialisme, rekonstruksionisme, dan eksistensialisme. Setiap sekolah memiliki latar belakang dan konsep yang berbeda. Aliran progresivisme mengutamakan kebebasan dan menentang segala bentuk otoritarianisme dan despotisme. Ini berbeda dengan aliran esensialisme yang berusaha menyatukan kontradiksi antara idealisme dan realisme.Perenialisme tampaknya menjadi aliran " progresif", artinya dapat ditelusuri kembali ke Abad Pertengahan. Pada saat yang sama, rekonstruksionisme adalah aliran yang meyakini bahwa semua fenomena berakar pada keberadaan, yaitu cara keberadaan manusia di dunia yang berbeda dari keberadaan material. Eksistensialisme adalah proses memusatkan perhatian pada pengalaman pribadi. Selain itu dikatakan bahwa kurikulum pada dasarnya adalah alat untuk mencapai tujuan pendidikan, karena tujuan pendidikan tersebut sangat dipengaruhi oleh falsafah atau gaya hidup suatu negara, tentunya kurikulum yang dikembangkan juga akan mencerminkan falsafah kehidupan yang dianut oleh negara tersebut. Oleh karena itu, terdapat keterkaitan yang sangat erat antara kurikulum pendidikan suatu negara dengan falsafah nasional yang dianutnya. Sebagai contoh, Indonesia pada masa penjajahan Belanda, kurikulum yang dianut pada masa itu sangat berorientasi pada kepentingan politik Belanda. Demikian pula pada saat negara kita dijajah Jepang maka orientasi kurikulum berpindah disesuaikan dengan kepentingan dan sistem nilai negara Jepang. Setelah kemerdekaan, kurikulum pendidikan secara utuh menggunakan Pancasila sebagai dasar dan falsafah dalam pengembangannya.

2. Landasan Psikologi

    Landasan ini didasarkan pada prinsip bahwa perkembangan manusia dipengaruhi oleh lingkungan dan kedewasaan. Lingkungan yang bermasalah mungkin berasal dari proses pendidikan.Atas dasar pengembangan kurikulum terdapat dua bidang psikologi yaitu : psikologi perkembangan dan psikologi pembelajaran.

a. Psikologi perkembangan mempelajari perilaku pribadi yang berhubungan dengan perkembangan. Dalam psikologi perkembangan dipelajari sifat-sifat perkembangan, tahapan-tahapan perkembangan, aspek-aspek perkembangan, tugas-tugas pengembangan diri, dan hal-hal lain yang berkaitan dengan pengembangan diri yang semuanya dapat dijadikan dasar pengembangan kurikulum.

b.  Psikologi belajar adalah studi tentang perilaku individu dalam belajar. Psikologi belajar mengkaji hakikat teori belajar dan teori belajar, serta berbagai aspek lain dari perilaku individu dalam pembelajaran, yang dapat dipertimbangkan dan dijadikan dasar untuk pengembangan kurikulum.

3.  Landasan Sosial Budaya

    Landasan ini dilandasi oleh kenyataan bahwa pendidikan merupakan proses budaya yang meningkatkan harkat dan martabat manusia. Pendidikan merupakan proses sosialisasi melalui interaksi manusia dan budaya manusia. Dalam konteks inilah siswa bersentuhan dengan budaya manusia, dibudidayakan dan dikembangkan sesuai dengan nilai-nilai budayanya, dan menumbuhkan kemampuannya untuk menjadi manusia. Kurikulum setiap masyarakat pada dasarnya mencerminkan pemikiran, perasaan, aspirasi atau kebiasaan masyarakat. Oleh karena itu, dalam pengembangannya  harus memahami budaya. Budaya adalah cara berperilaku, biasanya terekam dalam masyarakat, meliputi semua pikiran, ambisi, pengetahuan, kepercayaan, cara berpikir dan seni. Pengembangan kurikulum berdasarkan hal tersebut bersifat universal, artinya dapat diterapkan dalam kehidupan masyarakat.

4. Landasan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)

    Kemajuan cepat di bidang informasi dan teknologi dalam dua dasa warsa terakhir telah berpengaruh pada peradaban manusia melebihi jangkauan pemikiran manusia sebelumnya. Pengaruh ini terlihat pada pergeseran tatanan sosial, ekonomi dan politik yang memerlukan keseimbangan baru antara nilainilai, pemikiran dan cara-cara kehidupan yang berlaku pada konteks global dan lokal. Selain itu, dalam abad pengetahuan sekarang ini, diperlukan masyarakat yang berpengetahuan melalui belajar sepanjang hayat dengan standar mutu yang tinggi. Sifat pengetahuan dan keterampilan yang harus dikuasai masyarakat sangat beragam dan canggih, sehingga diperlukan kurikulum yang disertai dengan kemampuan meta-kognisi dan kompetensi untuk berpikir dan bagaimana belajar (learning to learn) dalam mengakses, memilih dan menilai pengetahuan, serta mengatasi situasi yang ambigu dan antisipatif terhadap ketidakpastian. Perkembangan dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, terutama dalam bidang transportasi dan komunikasi telah mampu merubah tatanan kehidupan manusia. Oleh karena itu, kurikulum selayaknya dapat mengakomodir dan mengantisipasi laju perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga peserta didik dapat mengimbangi dan sekaligus mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk kemaslahatan dan keberlangsungan hidup manusia. 

C. Pendekatan Sistem dalam Pengembangan Kurikulum

    Pendekatan dalam perkembangan kurikulum merefleksikan pandangan seseorang terhadap sekolah dan masyarakat. Pada umumnya pendidik menganut beberapa pendekatan yang sesuai. Jenis-jenis pendekatan kurikulum antara lain :

1. Pendekatan Subjek Akademis 

    Bentuk tertua yang biasanya sering digunakan di lembaga pendidikan atau sekolah sekolah sampai saat ini. Pendekatan yang mudah dan praktis digabungkan dengan pendekatan-pendekatan apabila diperlukan, pendekatan ini bersumber dari aliran klasik pendidikan pada masa lalu dan dilakukan dengan cara menentukan lebih dahulu pelajaran apa yang harus dipelajari oleh peserta didik. Guru berperan penting dan harus menguasai seluruh bahan materi, mereka harus menjadi ahli dalam pelajaran yang diampu olehnya, segala tindakan dan apa yang disampaikan akan menjadi panutan oleh siswanya. 

2. Pendekatan Humanistis

    Pendekatan ini memberikan tempat utama kepada siswa, anak didik adalah individu yang utama sekaligus mereka adalah subyek dalam pendidikan. Pendekatan humanis juga berpegang dengan teori Gestalt bahwa anak merupakan satu kesatuan yang menyeluruh. Menurut pendekatan ini pendidikan adalah suatu upaya untuk menciptakan situasi yang baik,santai dan akrab dengan situasi yang kondusif agar siswa dapat mengembangan potensi yang adsa didalam dirinya. Ada tiga aliran yang termasuk humanistis yaitu pendidikan Konfluen adalah pendidikan yang menekankan bahwa pribadi harus merespon secara utuh baik pikiran maupun perasaan terhadap kesatuan menyeluruh dari suatu lingkungan. Kritikisme radikal bersumber dari aliran yang melihat bahwa pendidikan adalah upaya untuk membantu anak menemukan serta mengembangkan potensinya sendiri dengan adanya dorongan bukan suatu paksaan. Mistikisme modern menekankan latihan dan perkembangan kepekaan perasaan, kehalusan budi pekerti melalui sensitivy training, yoga,meditasi, kontempelasi, dzikir dan lainnya. 

3. Pendekatan Teknologis

    Pendekatan ini memiliki kesamaan dengan pendekatan subyek akademis, yang menekankan pada materi dan kurikulum. Tetapi dua pendekatan ini memiliki perbedaan yaitu lebih diarahkan terhadap kompetensi bukan pada pengawetan dan pemeliharan ilmu pengetahuan, kompetensi  yang besar dapat diuraikan menjadi kompetensi yang lebih sempit dan pada akhirnya dapat menjadi perilaku-perilaku yang bias diamati dan diukur. Pendekatan teknologis dalam menyusun kurikulum bertolak dari analisis kompetensi yang dibutuhkan untuk melakukan tugas-tugas tertentu.materi yang diajarkan dan strategi belajarnya ditetapkan sesuai dengan analisis tugas. Rencana dan proses pembelajaran dibuat sedemikian rupa agar hasilnya dapat dievaluasi dengan jelas. Dalam menyusun kurikulum sebenarnya tidak semua materi pembelajaran dapat menggunakan pendekatan teklnologis, karena karakter materi pembelajran itu berbeda-beda. 

4. Pendekatan Rekonsturuksi Sosial

    Pendekatan ini bersumber dari aliran interaksional. Pandangannya bahwa pendidikan bukanlah upaya sendiri tetapi usaha bersama. Interaksi bukan hanya guru dengan murid tetapi antara murid dengan murid,murid dengan orang-orang yang ada disekitarnya, dan dengan berbagai sumber belajar. Melalui interaksi ini murid berusaha memecahkan masalah-masalah dalam masyarakat untuk menuju tatanan masyarakat yang lebih  baik. Untuk menyusun kurikulum keahlian bertolak dari masalah yang dihadapi dalam kehidupan bermasyarakat, untuk memerankan lmu-ilmu  dan teknologi saat bekerja secara kooperatif dan kolaboratif akan dicarikan upaya pemecahan masalah untuk menuju masyarakat yang lebih baik. Kurikulum tersebut disamping menekankan isi pembelajaran juga menekankan proses pendidikan dan pengalaman belajar. Pendekatan tersebut berasumsi bahwa manusia adalah makhluk sosial yang selalu membutuhkan manusia yang lain untuk hidup bersama, berasumsi, dan bekerjasama.

D. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengembangan Kurikulum

    Faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan kurikulum adalah

sebagai berikut :

1. Perguruan tinggi. Kurikulum minimal mendapat dua pengaruh dari perguruan tinggi. Pertama, dari pengembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi yang dikembangkan di perguruan tinggi umum. Kedua, dari pengembangan ilmu pendidikan dan keguruan (Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan).

2. Masyarakat. Sebagai bagian dan agen dari masyarakat, sekolah sangat dipengaruhi oleh lingkungan masyarakat dimana sekolah tersebut berada. Isi kurikulum hendaknya mencerminkan kondisi dan dapat memenuhi tuntutan dan kebutuhan masyarakat homogen atau heterogen, masyarakat kota atau desa, petani, pedagang atau pegawai, dan sebagainya

3. Sistem nilai. Masalah utama yang dihadapi para pengembangan kurikulum menghadapi nilai adalah, bahwa dalam masyarakat nilai itu tidak hanya satu. Masyarakat umumnya heterogen dan multifaset. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan guru dalam mengajarkan nilai :

a. Guru hendaknya mengetahui dan memperhatikan semua nilai yang ada

b. dalam masyarakat

c. Guru hendaknya berpegang pada prinsip demokrasi, etis, dan normal

d. Guru berusaha menajdikan dirinya sebagai teladan yang patut ditiru

e. Guru menghargai nilai-nilai kelompok lain

f. Memahami dan menerima keberagaman kebudayaan sendiri

E. Masalah dalam Pengembangan Kurikulum

    Kurikulum adalah sususan rencana pendidikan yang mengandung rangkuman pengalaman belajar bagi peserta didik di sekolah dan telah di standartkan. Hal ini disusun oleh para ahli pendidikan yang terstruktur. Kurikulum memiliki tujuan agar dijadikan sebagai pedoman atau petunjuk dalam proses kegiatan belajar mengajar di sekolah dengan tetap mengutamakan kesesuaian dengan tujuan atau cita-cita peserta didik nantinya. Adapun dalam perkembangannya ini, kurrikulum mjuga memiliki berbagai kendala atau masalah-masalah dalam pelaksanaannya. Hal ini kebanyakan disebabkan oleh beberapa faktor khusus yang mengemban tugas utama di dalamnya, yakni; guru, masyarakat, kepala sekolah, biaya, dan birokrasi. Sedangkan faktor lainnya ialah, bidang cakupan (scope), relevansi, keseimbangan artikulasi, pengintegrasian, rangkaian (sekuens), kontinuitas dan kemampuan transfer. 

1. Permasalahan Kurikulum secara khusus

a. Guru: kurangnya rasa ingin bergabung atau berpartisipasi dalam rangka pengembangan kurikulum disebabkan karena kurangnya waktu yang dimiliki, pendapat yang kurang sejalan karena pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki setiap individu berbeda-beda.

b. Masyarakat: dalam pengembangannya, kurikulum memerlukan peran masyarakat untuk mendukungnya. Hal ini disebabkan karena masyarakat merupakan salah satu wadah bagi berkembanganya suatu pedidikan. dan oleh karenanya, pembiayaan dan umpan balik yang disediakan harus benar-benar dimanfaatkan oleh seorang pendidik. Karena masyarakat adalah sumber input dari sekolah.

c. Masalah biaya: untuk pengembangannya, kurikulum pastilah membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Karena setiap fasilitas dan upah bagi para pendidik tidak dapat dikatakan murah dan sedikit. Oleh karena itu, faktor biaya ini terkadang merupakan faktor penghambat yang sangat besar jika pada setiap insan tidak memiliki kesadaran untuk salaing mendorong dan membangun.

d. Kepala sekolah : perannya ialah sebagai salah satu alasan atau orang yang kerap kali melatar belakangi pengembangan kurikulum yang ada di sekolah.

e. Birokrasi: didalamnya terdapat tokoh-tokoh masyarakat yang bekerja dalam kerangka patokan kerja Depdikbud

2. Permasalahan Kurikulum secara Umum

a. Cakupan (scope). Cakupan kurikulum memiliki keluasan topik, pengalaman dalam belajar, aktivitas, pengorganisasian unsur kurikulum dan hubungan pengintegrasian.

b. Relevansi. Hal ini berhubungan dengan kegunaan dan makna sebuah kurikulum bagi orang-orang di sekitarnya. Dan hal ini juga mengisyaratkan bahwa kurikulum yang ada harus dikembangkan dan di terapkan agar kegunaan dan maknanya dapat benar-benar melekat dan diterapkan oleh masyarakat dan bangsa.

c. Keseimbangan. Keseimbangan atau biasa disebut dengan balance ini memiliki makna jika kurikulum harus dapat memberikan bobot yang sesuai dengan apa yang dibutuhkan di masa mendatang yang telah disesuaikan dengan evaluasi hasil pembelajaran tingkat nasional. 

d. Artikulasi. Hal ini dijelaskan sebagai pertautan antar lintas tingkatan kelas. Artikulasi sendiri menurut Oliver memiliki makna sebagai “artikulasi horizontal” atau “korelasi”, sedangkan kontinuitas sebagai “artikulasi vertical”. Adapun artikulasi merupakan suatu rencana sekuens unit-unit materi pelajaran secara lintas tingkat.

e. Pengintegrasian. Para pengembang kurikulum perlu memperhatikan pemaduan, penggabungan dan penyatuan antar disiplin ilmu, seperti Bagaimana menciptakan surat menyurat (korespondensi dapat segera di lakukan tindakan perbaikan. Dan Bagaimana membina hubungan yang jelas antara komponen-komponen tujuan kurikulum (Instruksional)

f. Rangkaian (Sekuens). Sekuens merupakan sebuah urutan yang tersusun yang digunakan untuk kegiatan perencanaan kurikulum. Hal ini juga merupakan pengaturan unit-unit dan materi pembelajaran secara logis dan kronologi menurut unit, lembaga dan tingkatannya.

g. Kontinuitas. Kontinuitas merupakan sebuah upaya yang dilakuaknpendidikan dalam penyusunan kurikulum dengan upaya untuk meningatkan pemahaman yang bersifat kompleks dan komprehensif.

h. Kemampuan Transfer. Yang dimaksud dengan kemampuan transfer yakni, segala sesuatu yang diajarkan di sekolah merupakan proses penyaluran nilai kepada peserta didik dengan tujuan yang mengarah pada pendayagunaan proses transfer secara maksimal.

 

 

BAB III 

PENUTUP 

A. Kesimpulan

    Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa kajian kurikulum ini membahas mengenai pentingnya perkembangan kurikulum yang dapat melayani keanekaragaman kemampuan, sarana pembelajaran, sumber daya manusia, kemampuan siswa dan budaya di daerah pengembangan kurikulum  menjamin hasil pendidikan bermutu yang dapat membentuk masyarakat Indonesia yang  sejahtera, damai, demokrastis dan berdaya saing untuk maju. Dalam setiap pengembangan kurikulum pasti ada landasan-landasan yang digunakan yaitu:

  Landasan filosofis berarti bahwa pendidikan selalu relevan dengan     manusia, baik sebagai subjek, sebagai objek maupun sebagai pengelola. Oleh karena itu, pendidikan selalu menjadi inti dari interaksi manusia. Landasan ini didasarkan pada prinsip bahwa perkembangan manusia dipengaruhi oleh lingkungan dan kedewasaan. Lingkungan yang bermasalah mungkin berasal dari proses pendidikan. Landasan ini dilandasi oleh kenyataan bahwa pendidikan merupakan proses budaya yang meningkatkan harkat dan martabat manusia. Pendidikan merupakan proses sosialisasi melalui interaksi manusia dan budaya manusia. Landasan ilmu  pengetahuan dan teknologi (IPTEK) Kemajuan cepat di bidang informasi dan teknologi dalam dua dasa warsa terakhir telah berpengaruh pada peradaban manusia melebihi jangkauan pemikiran manusia sebelumnya. Pengaruh ini terlihat pada pergeseran tatanan sosial, ekonomi dan politik yang memerlukan keseimbangan baru antara nilai-nilai, pemikiran dan cara-cara kehidupan yang berlaku pada konteks global dan lokal. Pada umumnya pendidik menganut beberapa pendekatan yang sesuai dalam perkembangan kurikulum  yang  merefleksikan pandangan seorang terhadap sekolah dan masyarakat.Pendekatan itu meliputi Pendekatan Subjek Akademis , Pendekatan Humanistis, Pendekatan Teknologis, dan Pendekatan Rekonsturuksi Sosial.Dan ada faktor-faktor yang mempengaruhi dalam perkembangan kurikulum yaitu perguruan tinggi, masyarakat,sistem nilai. ❤💓

 

DAFTAR RUJUKAN 


Bahari,Syamsul. 2011. Pengembangan Kurikulum Dasar dan Tujuannya. Islam Futura.11(1).22-26.

Dunia Belajar.2010.Pentingnya Pengembangan Kurikulum.Diakses pada 14 Februari 2021 melalui 

https://www.duniapelajar.com/2010/06/03/pentingnya-pengembangankurikulum/Mubarok,Husni.Sapuan,danSukron,Makmun.2018.

Pengembangan kurikulum.Makalah.Permasalahan Pengembangan Kurikulum Di Sekolah.Diakses pada tanggal 14   Februari 2021 melalui http://kompetensi.info/coretan-opinicivitas/permasalahan-pengembangan-kurikulum-di-sekolah.html. 

Yuliyanti,I.Kholida ,N.D.2017.Pendekatan Dalam Pengembangan Kurikulum.Diakses pada 14 Februari 2021 melalui http://afarshodiq369.blogspot.com/2017/04/pendekatan-dalampengembangan-kurikulum.html?m=1
































Sabtu, 24 Juli 2021

Model Pembelajaran Terpadu "SHARED"

  

Model Pembelajaran Terpadu

Dari kerangka teoretis yang lebih umum, model pembelajaran, menurut Isjoni (2012: 147), merupakan strategi yang digunakan guru untuk meningkatkan motivasi belajar, sikap belajar di kalangan siswa, mampu berpikir kritis, memiliki keterampilan sosial, dan pencapaian hasil pembelajaran yang lebih. Model pembelajaran berisi strategi-strategi pilihan guru untuk tujuan-tujuan tertentu di kelas.


Sementara, strategi, menurut Kemp (dalam Rusman, 2014: 132), merupakan suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan oleh guru dan siswa agar tujuan pembelajaran tercapai secara efektif dan efisien. Sementara itu, Dick dan carey menyatakan strategi pembelajaran sebagai suatu perangkat materi dan prosedur pembelajaran yang digunakan secara bersama-sama untuk menimbulkan hasil belajar pada siswa. Satu strategi pembelajaran dapat menggunakan beberapa metode. Model pembelajaran juga dilandasi oleh berbagai prinsip dan teori pengetahuan, diantaranya prinsipprinsip pembelajaran, teori psikologis, sosiologis, analisis sistem, atau teori lain yang membantu (dalam Rusman, 2014:132). Sehubungan dengan itu, model pembelajaran merupakan seperangkat materi dan prosedur pembelajaran atas dasar landasan teoretis tertentu untuk tujuan pembelajaran tertentu.

A.    Model Pembelajaran Terpadu Model Shared

1.      Pengertian Model Shared

Model pembelajaran terpadu tipe shared didasarkan pada ide-ide pembagian yang berasal dari dalam ilmu tersebut. Untuk menggunakan model pembelajaran terpadu tipe shared dari gabungan kurikulum, guru perlu mempelajari dua ilmu berdasarkan hubungan konsep, sikap dan ketrampilan yang sama. (Fogarty, 1991: 44-46)

Model pembelajaran terpadu tipe shared merupakan bentuk pemaduan pembelajaran akibat adanya tumpang tindih ide-ide atau konsep dua mata pelajaran atau lebih. Pembelajaran ini ditempuh didasarkan pada kenyataan bahwa banyak dijumpai terdapatnya suatu kemampuan yang pencapaiannya harus diwujudkan melalui dua atau lebih mata pelajaran.

Jadi Pembelajaran model terbagi (shared) adalah suatu pendekatan belajar mengajar yang menggabungkan dua atau lebih mata pelajaran yang melihat konsep, sikap dan ketrampilan yang sama. Penggabungan antara konsep pelajaran, keterampilan dan sikap yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya dipayungi dalam satu tema, sehingga dapat memberikan pengalaman yang bermakna bagi siswa. Dalam disiplin komplementer tersebut, perencanaan partner dan atau pengajaran memfokuskan pada konsep, ketrampilan, dan sikap, yang terbagi (shared).


 

2.      Ciri ciri Model Shared

·    Memadukan dua disiplin ilmu yang memiliki konsep, sikap, dan keterampilan yang sama.

·    Memiliki disiplin komplementer artinya antara ilmu yang satu dengan yang lainnya saling mengisi atau melengkapi.

 

3.      Kelebihan Model Shared

Fogarty (1991) menyatakan bahwa model keterpaduan tipe shared ini memiliki kelebihan yaitu:

·    Sebagai tahap awal menuju tipe pembelajaran terpadu yang lebih kompleks dengan empat disiplin ilmu

·     Konsep yang dikaji lebih mendalam

·    Hanya dua bidang kajian saja yang dikaitkan, sehingga pemahaman tentang materi lebih mendalam

·    Dengan pasangan bidang kajian, memfasilitasi pembelajaran yang lebih mendalam pada saat menyampaikan konsep yang tumpang tindih.

·   Dapat mengambil waktu yang sama untuk materi yang tumpang tindih. Misalnya jam pelajaran matematika pada materi segitiga siku-siku digabung dengan jam pelajaran IPA pada materi bidang miring.

 

4.      Kekurangan Model Shared

Model pembelajaran terpadu tipe shared tidak hanya memiliki kelebihan tetapi memiliki beberapa kekurangan yang diungkapkan oleh Fogarty (1991), diantaranya:

·      Waktu yang diperlukan untuk mengembangkan tipe ini cukup lama.

·   Dalam penyusunan proses pembelajaran tipe shared memerlukan kompromi dan kerjasama serta kepercayaan dalam tim.

·    Pada tahap awal pengintegrasian dua disiplin ilmu ini memerlukan komitmen dari partner.

·      Untuk mendapatkan konsep yang tumpang tindih diperlukan dialog dan percakapan yang mendalam.



SUMBER RUJUKAN


Hanna Sundari.2015.Model – Model Pembelajaran.Jurnal Pujangga.1(2), 109-110.


Shofiatun, Harto dan Reffiane.2019.Pengaruh Pembelajaran Terpadu Model Shared. Jurnal Pedagogi dan Pembelajaran.2(2),265-267


Kamis, 29 Agustus 2019

HUBUNGAN MEDIA DAN KEGIATAN SEKOLAH


HUBUNGAN MEDIA DAN KEGIATAN SEKOLAH

  1. Modul pengajaran
Sebuah modul pengajaran merupakan satu bagian unit pengajaran yang lengkap yang dirancang untuk digunakan oleh seseorang pembelajar atau sekelompok kecil pembelajar tanpa kehadiran guru. Modul yang dibuat harus menarik siswa, memperkenalkan topik, menyajikan konten baru, memberikan latihan dengan kegiatan umpan balik, menguji penguasaan, dan memberikan perbaikan tindak lanjut atau pengayaan.
Salah satu contoh bentuk pelaksanaan dalam kegiatan sekolah yaitu kegiatan pembelajaran yang dilakukan di dalam kelas maupun di luar kelas, sehingga proses pembelajaran tidak terbatas pada lingkup ruang kelas. Para siswa menggunakan modul yang dipersiapkan guru untuk belajar mengenai gambar yang di seimbangkan, isi kajian materi dan muatan isi yang akan disampaikan. Dalam  Modul menggunakan perekaman audio dan perekayasa untuk mengajak siswa mengenali berbagai keragaman keseimbangan.

  1. Perekayasa
Perekayasa (manipulative) adalah benda-benda yang bisa dilihat dan dikelola dalam situasi belajar. Terdapat tiga jenis perekya, antara lain :
1)      Benda aktual atau objek riil, seperti : koin, perkakas, artefak, tanaman dan binatang. Objek riil digunakan sebagaimana adanya benda-benda yang ada.
Contoh:
Saat kegiatan pembelajaran tentang bagian-baguan tumbuhan. Guru dapat membawa contoh tanaman yang terdapat di sekitar sekolah. Kemudian guru menggunakan media tersebut untuk menjelas bagian-bagian tumbuhan. Selain itu, guru juga bisa mengaktifkan siswa dengan menunjukkan sendiri bagian-bagian tumbuhan.
2)      Model. Model merupakan representasi tiga dimensi dari objek riil. Sebuah model mungkin lebih besar, lebih kecil, atau berukuran sama seperti benda yang ditunjukkan.
Contoh:
Saat kegiatan pembelajaran tentang anatomi manusia. Guru dapat menggunakan patung anatomi manusia. Dengan menggunakan media tersebut, siswa dapat lebih konkret untuk bisa mempelajarinya.
3)      Model rakitan, represntasi yang disederhanakan dari perangkat yang rumit, umum ditemui dalam pendidikan kejuruan. Jenis model rakitan yang paling canggih, simulator, merupakan perangkat yang memungkinkan pemelajar untuk mengalami aspek-aspek penting dari kegiatan kehidupan nyata tanpa adanya resiko. Model rakitan ini juga biasanya ada yang bebrntuk kit multimedia.
Contoh:
Saat kegiatan pembelajaran, guru bisa menjelaskan materi dengan menggunakan CD Interaktif. Di dalam CD Interaktif terdapat berbagai tayangan visual dan audio yang bisa menarik perhatian siswa.

  1. Materi Cetakan
Materi cetakan meliputi buku cetak, buku fiksi dan non fiksi, buklet, pamflet, panduan belajar, buku petunjuk, dan lembar kerha serta dokumen olahan kata yang dibuat oleh siswa dan guru.
Contoh:
Para siswa menggunakan buku perpustakaan, ensiklopedia atau koran untuk menambahkan pengetahuan mereka tentang sebuah topik.

  1. Tempat Display
Tempat display digunakan untuk memajang visual yang biasa ndigunakan sebagai meletakkan pameran seperti foto, gambar, diagram, grafik atau poster.
1)      Papan kapur dan papan putih
Papan kapur dan papan putih merupakan perkakas ruang kelas umum yang dapat digunakan sebagai perangkat pengajaran yang baik. permukaan papan kapur dan papan putih juga cocok untuk proyksi video, slide Power Point, dan transparan OHP.
Contoh:
Saat kegiatan pembelajaran, guru dapat menggunakan papan puih sebagai tempat atau layar dalam menayangkan slide Power Point yang berisikan materi-materi yang akan disampaiakan kepada siswa.
2)      Papan putih elektronik
Papan putih elektronik bekerja bersama dengan komputer meja yang inputnya tampil di layar komputer dan dari papan putih tersebut layar bisa disunting, dicetak, atau dikirimkan via e-mail.
Contoh:
Saat kegiatan pembelajaran, guru dapat menggunakan papan puih sebagai tempat atau layar dalam menayangkan slide Power Point yang berisikan materi-materi yang akan disampaiakan kepada siswa.
3)      Bulletin board
Bulletin board merupakan tempat dengan berbagai ukuran dan bentuk yang dimuat dari material yang ditahan dengan pin, paku paying dan penjepit tajam tanpa merusak papan tersebut, fungsinya untuk dekoratif, motivasional, pengajaran.
Contoh:
Pada saat kegiatan pembelajaran, guru maupun siswa dapat menggunakan bulletin board untuk menyajikan informasi dan pesan dalam kelas (mading)
4)      Papan kain
Papan kain dibentuk dari kain flannel yang direnggangkan di sepanjang alas material penyokong yang kuat seperti plywood, Masonite dan karton yang kukuh.
Contoh:
Saat kegiatan pembelajaran guru dapat menggunakan kayu lapisan kain untuk melibatkan siswa dalam menceritakan sebuah kisah dengan potongan-potongan kain flannel.
5)      Papan magnetik
Papan magnetik, magnet, dan strip fleksibel material magnet, visual disokong dengan magnet yang diletakkan pada permukaan logam dari papan.
Contoh:
Saat kegiatan pembelajaran siswa dapat meletakkan gambar hewan dalam rantai makanan, berupa ilustrasi cerita, puisi, untuk menkankan poin-poin belajar kunci
6)      Diagram putar
Diagram putar bantalan dari kertas besar yang disatukan bersama di ujungnya dan dicantelkan ke sebuah kuda-kuda bisa gunakan poster / poster printer
Contoh:
Saat pembelajaran guru dapat menggunakan poster printer yang dapat mengubah bentuk asli yang seukuran laptop menjadi spanduk atau poster yang berukuran lebih besar dari aslinya

  1. Pameran
1)      Display
Display atau pajangan merupakan sebarisan objek, visual dan meteri cetak (label dan penjelasan) yang menyertakan informasi diskriptif dari objek atau visual
Contoh:
Pada akhir pembuatan transportasi pada mata pelajaran mengenai transportasi karya siswa akan ditampilkan dan di pajang pada meja-meja kelas yang sudah tertata beserta nama dan deskripsi masing-masing alat transportasi (perahu,mobil, truk, kreta api, pesawat).

Sumber Rujukan : Smaldino, Sharon. Dkk. 2011. Instructional Tecnology & Media For                                    Learning “Teknologi Pembelajaran dan Media Untuk Belajar”                                            Jakarta:Kencana.