KIAT PEMBELAJARAN TERINTEGRATIF
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembelajaran tematik merupakan suatu pendekatan dalam pembelajaran yang secara sengaja mengaitkan beberapa aspek baik dalam intramata pelajaran maupun antar mata pelajaran. Pembelajaran tematik adalah pembelajaran yang dirancang berdasarkan tema-tema tertentu. Dalam pembahasanya tema itu ditinjau dari berbagai mata pelajaran. Pembelajaran tematik menyediakan keluasan dan kedalaman implementasi kurikulum , menawarkan kesempatan yang sangat banyak pada peserta didik untuk memunculkan dinamika dalam proses pembelajaran.
Menurut Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003, pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Ditinjau dari cara memadukan konsep, keterampilan, topik, dan unit tematisnya, menurut seorang ahli yang bernama Robin Fogarty (dalam Nurdin dan Andriantoni, 2016: 315) mengemukakan bahwa terdapat sepuluh cara atau model dalam merencanakan pembelajaran terpadu. Kesepuluh cara atau model tersebut adalah: (1) fragmented, (2) connected, (3) nested, (4) sequenced, (5) shared, (6) webbed, (7) threaded, (8) integrated, (9) immersed, dan (10) networked.
Sebagai pihak yang bertanggung jawab pada keberhasilan penerapan suatu model pembelajaran, maka guru harus memahami terlebih dahulu model pembelajaran tematik baik dari segi konseptual ataupun penerapannya di lapangan. Sebagian guru hanya menerapkan modle pembelajaran secara setengah-setengah, sehingga tujuan dari penerapan model kurang berjalan dnegan maksimal. Sehingga hasil yang diharapkan juga tidak sesuai dengan harapan. Guru sudah merasa nyaman dnegan model pembelajaran yang biasanya dilakukan di kelas. Melihat akan pentingnya model pembelajaran personal, maka makalah ini akan membahas mengenai pembelajran terpadu
B. Tujuan Penulisan Makalah
Penulisan makalah bertujuan untuk menelaah topik-topik materi sebagai berikut.
1. Pengertian Pembelajaran Terintegrasi
2. Landasan Pembelajaran Terintegrasi
3. Karakteristik Pembelajaran Tematik
4. Rambu-Rambu Pembelajaran Tematik
5. Prinsip Dasar Pembelajaran Terintegrasi
6. Tahap-Tahap Pembelajaran Terintegrasi
7. Manfaat Pembelajaran Terintegrasi
8. Fungsi dan Tujuan Pembelajaran Terintegrasi
9. Model Pembelajaran Terintegrasi
10. Implikasi Model Pembelajaran Terintegrasi
11. Perencanaan Pembelajaran Terintegrasi
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pembelajaran Terintegrasi
Pembelajaran tematik merupakan suatu pendekatan dalam pembelajaran yang secara sengaja mengaitkan beberapa aspek baik dalam intramata pelajaran maupun antar mata pelajaran. Dengan adanya pemaduan itu peserta didik akan memperoleh pengetahuan dan keterampilan secara utuh sehingga pembelajaran jadi bermakna bagi peserta didik (Majid, Abdul, 2014:85).
Bermakna artinya bahwa pada pembelajaran tematik peserta didik akan dapat memahami konsep-konsep yang mereka pelajari melalui pengalaman langsung dan nyata yang menghubungkan antar konsep dalam intra maupun antar mata pelajaran. Sejalan dengan hal itu BNSP (2006:35) dalam Majid, Abdul (2014:85) menyatakan “bahwa pengalaman belajar peserta diidk menempati posisi penting dalam usaha meningkatkan kualitas lulusan”. Untuk itu pendidik dituntut harus mampu merancang dan melaksanakan pengalaman belajar dengan tepat. Kurikulum 2013 SD/MI menggunakan pendekatan pembelajaran tematik integratif dari kela I sampai kelas IV. Pembelajaran tematik integratif merupakan pendekatan pembelajaran yang mengintegrasikan berbagai kompetensi dari berbagai mata pelajaran ke dalam berbagai tema.
Kata tema berasal dari kata Yunani tithenai yang berarti “ menempatkan” atau “meletakkan” dan kemudian kata itu mengalami perkembangan sehingga kata tithenai berubah menjadi tema. Menurut arti katanya, tema berarti “ sesuatu yang telah diuraikan” atau “sesuatu yang telah ditempatkan “ (Gorys, Keraf, 2001:107). Pengertian secara luas, tema merupakan alat atau wadah untuk mengenalkan berbagai konsep kepada anak didik secara utuh. Jadi pembelajaran tematik adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan tema sebagai pemersatu materi dalam beberapa mata pelajaran sekaligus dalam satu kali pertemuan
Pengertian pembelajaran tematik dapat dijelaskan sebagai berikut.
1. Pembelajaran yang berangkat dari suatu tema tertentu sebagai pusat yang digunakan untuk memahami gejala-gejala, konsep-konsep, baik yang berasal dari bidang studi bersangkutan maupun dari bidang studi lainnya.
2. Suatu pendekatan pembelajaran yang menghubungkan berbagai bidang studi yang mencerminkan dunia rill di sekeliling dan dalam rentang kemampuan dan perkembangan anak.
3. Suatu cara untuk mengembangkan pengetahuan dan keterampilan anak secara simultan.
4. Menggabungkan suatu konsep dalam beberapa bidang studi yang berbeda dengan harapan anak akan belajar lebih baik dan bermakna.
Berdasarkan uraian di atas, dapat dipahami bahwa pembelajaran tematik adalah pembelajaran yang dirancang berdasarkan tema-tema tertentu. Dalam pembahasanya tema itu ditinjau dari berbagai mata pelajaran. Pembelajaran tematik menyediakan keluasan dan kedalaman implementasi kurikulum , menawarkan kesempatan yang sangat banyak pada peserta didik untuk memunculkan dinamika dalam proses pembelajaran.
B. Landasan Pembelajaran Terintegrasi
Landasan Pembelajaran Tematik mencakup sebagai berikut dalam Majid, Abdul, (2014:87) :
1. Landasan Filosofi
Dalam pembelajaran tematik sangat dipengaruhi oleh tiga aliran filsafat yaitu : progresivisme, kontruktivisme, dan humanisme. Aliran progresivisme memandang proses pembelajaran perlu ditekankan pada pembentukan kreativitas, pemberian sejumlah kegiatan, suasana yang alamiah (natural), dan memperhatikan pengalaman siswa. aliran kontruktivisme melihat pengalaman langsung siswa (direct experience) sebagai kunci dalam pembelajaran. Menurut aliran ini, pengetahuan adalah kontruksi atau bentukan manusia. Pengetahuan tidak dapat ditransfer begitu saja dari seorang guru kepada anak, tetapi harus diinterpretasikan sendiri oleh masing-masing siswa. pengetahuan bukan sesuatu yang sudah jadi, melainkan suatu proses yang berkembang terus-menerus. Keaktifan siswa yang diwujudkan oleh rasa ingin tahunya sangat berperan dalam perkembangan pengetahuanya. Aliran humanisme melihat siswa dari segi keunikan/kekhasannya, potensinya, dan motivasi yang dimilikinya.
2. Landasan Psikologis
Pembelajaran tematik terutama berkaitan dengan psikologi perkembangan peserta didik dan psikologi belajar. Psikologi perkembangan diperlukan terutama dalam menentukan isi/ materi pembelajran tematik yang diberikan kepada siswa agar tingkat keluasan dan kedalamannya sesuai sesuai dengan tahap perkembangan peserta didik. Psikologi belajar memberikan kontribusi dalam hal bagaimana isi/materi pembelajaran tematik tersebut disampaikan kepada siswa dan bagimana pula siswa grus mempelajarinya.
3. Landasan Yuridis
Dalam pembelajaran tematik berkaitan dengan berbagai kebijakan atau peraturan yang mendukung pelaksanaan pembelajaran tematik di sekolah dasar. Landasan yuridis tersebut adalah UU No.23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak yang menyatakan bahwa setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakatnya (pasal 9). UU No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuan (Bab V pasal 1-b).
C. Karakteristik Pembelajaran Tematik
Sebagai suatu model pembelajaran di sekolah dasar, pembelajaran tematik memiliki karakteristik sebagai berikut dalam Majid, Abdul, (2014:89) :
1. Berpusat pada siswa
Pembelajaran tematik berpusat pada siswa (student centered). Hal ini sesuai dengan pendekatan belajar modern yanglebih banyak menempatkan siswa sebagai subyek belajar, sedangkan guru lebih banyak berperan sebagai fasilitator yaitu memberikan kemudahan – kemudahan kepada siswa untuk melakukan aktivitas siswa.
2. Memberikan pengalaman langsung
Pembelajaran tematik dapat memberikaan pengalaman langsung kepada siswa (direct experience). Dengan pengalaman langsung ini, siswa dihadapkan pada sesuatu yang nyata (konkret). Sebagai dasar untuk memahami hal-hal yang lebih abstrak.
3. Pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas
Dalam pembelajaran tematik, pemisahan antar mata pelajaran menjadi tidak begitu jelas. Fokus pembelajaran diarahkan kepada pembahasan tema-tema yang paling dekat berkaitan dengan kehidupan siswa.
4. Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran
Pembelajaran tematik menyajikan konsep-konsep dari berbagai mata pelajaran dalam suatu proses pembelajaran. Dengan demikian, siswa mampu memahami konsep-konsep tersebut secara utuh. Hal ini diperlukan untuk membantu siswa dalam memecahkan masalah –masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.
5. Bersifat fleksibel
Pembelajaran tematik bersifat luwes (fleksibel) dimana guru dapat mengaitkan bahan ajar dari satu mata pelajaran dengan mata pelajaran yang lainnya, bahkan mengaitkannya dengan kehidupan siswa dan lingkungan di mana sekolah dan siswa berada.
6. Menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan.
Adapun karakteristik dari pembelajaran tematik ini menurut TIM Pengembang PGSD, 1997 (Hesty, 2008 dalam Majid, Abdul, 2014:90) adalah
1. Holistik, suatu gejala atau peristiwa yang menjadi pusat perhatian dalam pembelajaran tematik diamati dan dikaji dari beberapa bidang studi sekaligus, tidak ada sudut pandang yang terkotak-kotak.
2. Bermakna, pengkajian suatu fenomena dari berbagai macam aspek, memungkinkan terbentuknya semacam jalinan abtar skemata yang dimiliki oleh siswa, yang pada gilirannya nanti, akan memberikan dampak kebermaknaan dari materi yang dipelajari.
3. Otentik, pembelajaran tematik memungkinkan siswa memahami secara langsung konsep dan prinsip yang ingin dipelajari.
4. Aktif, pengembangan tematik dikembangkan dengan berdasar pada pendekatan inquiry discovery di mana siswa terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran, mulai perencanaan, pelaksanaan, hingga proses evaluasi.
D. Rambu Pembelajaran Tematik
Adapun rambu-rambu pembelajaran tematik adalah sebagai berikut.
1. Tidak semua mata pelajaran harus disatukan
2. Dimungkinkan terjadi penggabungan kompetensi dasar lintas semester
3. Kompetensi dasar yang tidak dapat dipadukan, tidak harus dipadukan. Kompetensi dasar yang tidak dapat diintegrasikan dibelajarkan secara tersendiri.
4. Kompetensi dasar yang tidak tercangkup pada tema tertentu harus tetap diajarkan baik melalui tema lain maupun disajikan secara tersendiri
5. Kegiatan pembelajaran ditekankan pada kemampuan membaca, menulis, dan berhitung serta penanaman nilai-nilai moral.
6. Tema- tema yang dipilih disesuaikan dengan karakteristik siswa, lingkungan, dan daerah setempat.
E. Prinsip Dasar Terpadu Integratif
Beberapa prinsip yang berkenaan dengan pembelajaran tematik integratif sebagai berikut:
- Pembelajaran tematik integratif memiliki satu tema yang aktual, dekat dengan dunia siswa dan ada dalam kehidupan sehari-hari. Tema ini menjadi alat pemersatu materi yang beragam dari beberapa mata pelajaran.
- Pembelajaran tematik integratif perlu memilih materi beberapa mata pelajaran yang mungkin saling terkait. Dengan demikian, materi-materi yang dipilih dapat mengungkapkan tema secara bermakna. Mungkin terjadi, ada materi pengayaan horizontal dalam bentuk contoh aplikasi yang tidak termuat dalam standar isi. Namun ingat, penyajian materi pengayaan seperti ini perlu dibatasi dengan mengacu pada tujuan pembelajaran.
3. Pembelajaran tematik integratif tidak bolah bertentangan dengan tujuan kurikulum yang berlaku tetapi sebaliknya pembelajaran tematik integratif harus mendukung pencapaian tujuan utuh kegiatan pembelajaran yang termuat dalam kurikulum.
4. Materi pembelajaran yang dapat dipadukan dalam satu tema selalu mempertimbangkan karakteristik siswa seperti minat, kemampuan, kebutuhan, dan pengetahuan awal.
5. Materi pelajaran yang dipadukan tidak terlalu dipaksakan. Artinya, materi yang tidak mungkin dipadukan tidak usah dipadukan.
Menurut Akbar dkk, (2016:19) menyatakan pembelajaran tematik berangkat dari tema yang terdiri atas kumpulan kompetensi dasar dari beberapa muatan yang disatukan berdasrkan kesesuaian dan keterkaitan substansinya. Materi yang diintegrasikan dalam pembelajaran disesuaikan dengan karakteristik, minat, kemampuan, dan skemata siswa. Sejalan dengan hal itu prinsip pembelajaran terpadu tentunya berkaitan dengan kebutuhan dari setiap apa yang menjadi cita-cita dalam membangun pedidikan. Prinsip ini berkaitan dengan sosial kehidupan masyarakat atau berkaitan dengan budaya yang terdapat di suatu daerah. Kehidupan sosial berkaitan dengan ekonomi, politik, dan pendidikan. Sedangkan budaya bekaitan dengan agama, tradisi, adat istiadat, dan kearifan lokal. Murfiah (2017) menyatakan bahwa Prinsip pembelajaran terpadu, yaitu:
1. Fleksibilitas
Pembelajaran terpadu tidak boleh kaku, harus memiliki prinsip kelenturan (fleksibel), agar pembelajaran terpadu tidak terjebak dalam kebekuan aturan tetapi pembelajaran terpadu tentunya dengan melihat kesiapan peserta didik, pembelajaran terpadu memberikan jalan yang sangat baik dalam situasi apapun dan dalam kondisi yang bagaimana pun. Prinsip fleksibilitas memberikan keleluasaan kepada setiap pendidik agar tidak kaku seperti robot, menjadikan murid sebagai bagian dari proses yang penuh dengan keluesan berbuat sehingga siswa merasakan nyaman dalam pembelajaran terpadu yang mengedepankan prinsip fleksibilitas ini.
2. Berkesinambungan
Pembelajaran tepadu hendaknay mempertimbangkan keberlangsungannya sehingga memperoleh pembelajaran yang berkesinambungan. mpat Pembelajaran terpadu merupakan alat yang seharusnya diberikan kepada peserta didik dengan terus-menerus dan tidak tidak menjenuhkan, apalagi siswa tidak ada keinginan untuk belajar. Peserta didik sudah selayaknya diberikan materi yang dapat membuat gambaran besar agar memahami apa yang harus dilakukannya. Prinsip berkesinambungan ini memiliki makna pembalajaran bukan hanya terjadi ketika di dalam ruangan kelas, melainkan ketika siswa siswa bermain denga teman-temanya di lingkungan sekolah atau dilingkungan tempat tinggalnya mengalami proses pembelajaran tersebut, adanya berkesinambungan yang betul-betul terjalin antara guru dengan murid dalam setiap aspek kehidupan seorang murid.
3. Efektivitas
Efektivitas (asil guna) adalah tingkat keberhasilan yang dilakukan dengan baik (do the right things) efektivitas lebih memfokuskan pada hasil yang sesuai dengan kesepakatan, hasil yang sesuai dengan kesepakatan inilah yang harus dilakukan oleh pendidik. Pembelajaran terpadu seharusnya mengedepankan prinsip efektivitas dengan mempertimbangkan hasil pembelajaran yang sesuai dengan harapan saemua pihak.
4. Efisiensi
Efisiensi (daya guna) merupakan proses yang berlangsung di dalam pembelajaran atau melakukan pekerjaan dengan benar (do things right). Pembelajaran terpadu mempertimbangkan ketersediaan waktu, ketersediaan konten kurikulum, ketersediaan konten materi, ketersediaan sarana penunjang, ketersediaan perangkat pembelajaran, dan kemampuan peserta didik sendiri dalam menerima materi yang diajarkan oleh gurunya.
5. Konsistensi
Pembelajaran terpadu harus dilakukan dengan konsisten karena pembelajaran ini memerlukan dukungan semua pihak, maka semua pihak hendaknya melakukan pendekatan yang serius dan konsisten sehingga tidak ragu dengan apa yang sedang dilakukannya. Konsistensi dari awal hingga selesainya pembelajaran seorang guru, hendaknya betul-betul merasakan bagaimana pembelajaran itu tidak ngawur dan sesuai dengan koridornya. Konsistensi dalam pembelajaran terpadu menjadi awal dari keberhasilan dalam melakukan kegiatan tersebut. Setiap kegiatan apapun bentuknya tentunya memerlukan prinsip yang konsisten, sehingga bisa mengetahui berbagai perkembangan dan perubahan yang terjadi dari waktu ke waktu.
F. Tahap-Tahap Pembelajaran Terintegratif
1. Tahap Perencanaan
Tahap-tahap pelaksanaan pembelajaran tematik berdasarkan materi sosialisasi kurikulum 2013 oleh Kemendikbud adalah sebagai berikut:
- Menentukan tema. Dimungkinkan disepakati bersama dengan peserta didik.
- Mengintergrasikan tema dengan kurikulum yang berlaku dengan mengedepankan dimensi sikap, penetahuan, dan keterampilan
- Mendesain rencana pembelajaran. Tahapan ini mencakup pengoranisasian sumber dan aktivitas ekstrakulikuler dalam rangka mendemonstrasikan kegiatan dalam tema.
- Aktivitas kelompok dan diskusi. Yang memberi peluang berpatisipasi dan mencapai berbagai perspektif dari tema. Hal ini membangun guru dan peserta didik dalam mengeksplorasi subjek.
Sejalan dengan hal itu Dalam tahap perkembangan pembelajaran terpadu meliputi tiga tahap yaitu: tahap perencanaan, tahap pelaksanaa, tahap evaluas menurut Prabowo dalam (Trianto 2015:63) yaitu :
a. Tahap Perencanaan
b. Menentukan jenis mata pelajaran dan jenis keterampilan yang dipadukan.
Karakteristik mata pelajaran menjadi pijakan untuk kegiatan awal ini. Seperti Contoh diberikan oleh Fogarty dalam Trianto (2015:64-67), untuk jenis mata pelajaran sosial dan bahasa dapat dipadukan keterampilan berpikir (thinking skill) dengan keterampilan sosial (social skill). Sedangkan untuk mata pelajaran saint dan matematika dapat dipadukan keterampilan berpikir (thinking skill) dan keterampilan mengorganisir (organizing skill).
- Memilih kajian materi, standar kompetensi, kompetensi dasar dan indikator.
Langkah ini akan mengarahkan guru untuk menentukan sub keterampilan dari masing-masing keterampilan yang dapat diintegrasikan dalam suatu unit pembelajaran.
- Menentukan sub keterampilan yang dipadukan, secara umum keterampilan-keterampilan yang harus dikuasai meliputi keterampilan berpikir (thinking skills), keterampilan sosial (social skills), dan keterampilan mengorganisasi (organizer skills), yang masing-masing terdiri atas sub-sub keterampilan.
- Merumuskan indikator hasil belajar
Berdasarkan kompetensi dasar dan subketerampilan yang telah dipilih dirumuskan indikator. Setiap indikator dirumuskan berdasarkan kaidah penulisan yang meliputi: audience, behaviour, condition, dan degree.
- Menentukan langkah-langkah pembelajaran
Langkah ini diperlukan sebagai strategi guru untuk mengintegrasikan setiap subketerampilan yang telah dipilih pada setiap langkah pembelajaran.
2. Tahap Pelaksanaan
Prinsip-prinsip utama dalam pelaksanaan pembelajaran terpadu, meliputi: pertama, guru hendaknya tidak menjadi single actor yang mendominasi dalam kegiatan pembelajaran. Peran guru sebagai fasilitator dalam pemebelajaran memungkinkan siswa menjadi pebelajar mandiri; kedua, pemberian tanggung jawab individu dan kelompok harus jelas dalam setiap tugas yang menuntut adanya kerja sama kelompok; dan ketiga, guru perlu akomodatif terhadap ide ide yang terkadang sama sekali tidak terpikirkan dalam proses perencanaan menurut Depdiknas dalam Trianto, 2015:65).
3. Tahap Evaluasi
Tahap evaluasi dapat berupa evaluasi proses pembelajaran dan evaluasi hasil pembelajaran. Tahap evaluasi menurut Departemen Pendidikan Nasional dalam Trianto (2015:66),hendaknya memperhatikan prinsip evaluasi pembelajaran terpadu
a. Memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan evaluasi diri disamping bentuk evaluasi lainnya.
b. Guru perlu mengajak para siswa untuk mengevaluasi perolehan belajar, yang telah dicapai berdasarkan kriteria keberhasilan pencapaian tujuan yang akan dicapai.
G. Manfaat Pembelajaran Terintegratif
Manfaat pembelajaran tematik berdasarkan materi sosialisasi kurikulum 2013 dari kemendikbud adalah sebagai berikut:
1. Suasana kelas yang nyaman dan menyenangkan
2. Menggunakn kelompok kerja sama, kolaborasi, kelompok belajar, dan strategi pemecahan konflik yang mendorong peserta didik untuk memecahkan masalah.
3. Peserta didik secara cepat dan tepat waktu mampu memproses informasi.
4. Proses pembelajaran di kelas mendorong peserta dididk berada dalam format ramah otak.
5. Materi pembelajaran yang disampaikan oleh guru dapat diaplikasikan langsung oleh peserta didik dalam kehidupannya sehari-hari.
6. Peserta dididk yang relatif mengalami keterlambatan untuk menuntaskan progaram belajar dapat dibantu oleh guru dengan cara memberikan bimbingan khusus dan menerapakan prinsip belajar tuntas.
7. Program pembelajaran yang berifat ramah otak memungkinkan guru untuk mewujudkan ketuntasan belajar dengan menerapkan variasi cara belajar.
Di samping itu, pembelajaran terpadu menyajikan beberapa keterampilan dalam suatu proses pembelajara. Selain mempunyai sifat luwes, pembelajaran terpadu memberikan hasil yang dapat berkembang sesuai denagan minat dan kebutuhan anak menurut Depdiknas (2002) dalam Trianto (2015:61).
H. Fungsi dan Tujuan Pembelajaran Terintegrasi
Menurut Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003, pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Sedangkan pembelajaran tematik berfungsi untuk memberikan kemudahan bagi peserta didik dalam memahami dan mendalami konsep materi yang tergabung dalam tema serta dapat menambah semangat belajar karena materi yang dipelajari merupakan materi yang nyata dan bermakna bagi peserta didik.
Tujuan pembelajaran tematik menurut Forgatry dalam (dalam Nurdin dan Andriantoni, 2016: 316) yaitu sebagai berikut.
1. Meningkatkan mutu pendidikan.
2. Mengembangkan wawasan dan aktivitas berpikir siswa.
3. Memberikan pembelajaran yang utuh kepada siswa melalui jaringan tema yang memuat pengetahuan, keterampilan, dan sikap.
4. Menjadikan konsep atau keterampilan yang ada pada mata pelajaran lebih bermakna bagi siwa.
Dari beberapa tujuan di atas, maka dapat kita ketahui bahwa pembelajaran terpadu mempunyai tujuan sebagai berikut.
1. Mudah memusatkan perhatian pada suatu tema atau topik tertentu.
2. Mempelajarai pengetahuan dan mengembangkan berbagai kompetensi muatan pembelajaran dalam tema.
3. Memiliki pemahaman terhadap materi pelajaran lebih mendalam.
4. Mengembangkan kompetensi berbahasa lebih baik.
5. Lebih semangat belajar karena dapat berkomunikasi dalam situasi nyata.
6. Lebih merasakan manfaat dan dan makna belajar.
7. Guru dapat menghemat waktu pembelajaran.
8. Budi pekerti dan moral peserta didik dapat ditumbuh kembangkan dengan mengangkat nilai budi pekerti sesuai dengan situasi dan kondisi.
I. Model Pembelajaran Terintegrasi
Ditinjau dari cara memadukan konsep, keterampilan, topik, dan unit
tematisnya, menurut seorang ahli yang bernama Robin Fogarty (dalam Nurdin dan Andriantoni, 2016: 315) mengemukakan bahwa terdapat sepuluh cara atau model dalam merencanakan pembelajaran terpadu. Kesepuluh cara atau model tersebut adalah: (1) fragmented, (2) connected, (3) nested, (4) sequenced, (5) shared, (6) webbed, (7) threaded, (8) integrated, (9) immersed, dan (10) networked.
Dari sepuluh model di atas, berdasarkan sifat keintegratifannya menurut Nurdin dan Andriantoni (2016:315) dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu sebagai berikut.
1. Model dalam satu desain ilmu, yang terdiri dari model connected dan model nested.
2. Model antar bidang studi yang terdiri dari model sequenced, shared, webbed, threaded, dan integrated.
3. Model lintas siswa yang terdiri dari model immersed dan network.
Terdapat tiga model pembelajaran yang diterapkan pada pebelajaran integratif, yaitu model connected, webbed, dan integrated.
1. Connected
Model connected dilandasi oleh anggapan bahwa butir-butir pembelajaran dapat dipayungkan pada induk mata pelajaran tertentu. Butir-butir pembelajaran seperti: kosakata, struktur, membaca, dan mengarang misalnya, dapat dipayungkan pada mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Penguasaan butir-butir pembelajaran tersebut merupakan keutuhan dalam membentuk kemampuan berbahasa dan bersastra. Hanya saja pembentukan pemahaman, keterampilan, dan pengalaman secara utuh tersebut tidak berlangsung secara otomatis. Karena itu, guru harus menata butir-butir pembelajaran dan proses pembelajarannya secara terpadu. Selain keterhubungan antar mata pelajaran, model connected juga dapat diterapkan dengan mneghubungkan satu topik pembelajaran dengan pembelajaran yang lain, satu keterampilan dengan keterampilan yang lain, tugas yang dilakukan dalam satu haru dnegan tugas yang dilakukan pada hari berikutnya, dan lainnya. Tokoh yang mengembangkan model ini yaitu Robert Maynard Hutchins. Untuk membantu memahami model ini, coba perhatikan gambar 2.1 di bawah ini.
2. Webbed
Model webbed bertolak dari pendekatan tematis sebagai pemadu bahan dan kegiatan pembelajaran. Model ini juga merupakan model pembelajaran integratif menggunakan pendekatan tematik. Pendekatan ini dimulai dengan menentukan tema kemudian dikembangkan sub-temanya. Dalam hubungan ini tema dapat mengikat kegiatan pembelajaran baik dalam mata pelajaran tertentu maupun lintas mata pelajaran. Tokoh yang mengembangkan model ini yaitu Lyndon B. Johnson. Untuk membantu memahami model ini, coba perhatikan gambar 2.2 di bawah ini.
Model integrated merupakan pemaduan sejumlah topik dari mata pelajaran yang berbeda, tetapi esensinya sama dalam sebuah topik tertentu. Topik pelajaran yang sebelumnya terpisah seperti terdapat mata pelajaran Matematika, Bahasa Indonesia, IPA, IPS, disatukan dalam sebuah tema. Contoh lain, dalam teks membaca yang merupakan bagian mata pelajaran Bahasa Indonesia, dapat dimasukkan butir pembelajaran yang dapat dihubungkan dengan Matematika, Pengetahuan Alam, dan sebagainya. Dalam hal ini diperlukan penataan area isi bacaan yang lengkap sehingga dapat dimanfaatkan untuk menyampaikan berbagai butir pembelajaran dari berbagai mata pelajaran yang berbeda tersebut. Ditinjau dari penerapannya, model ini sangat baik dikembangkan di Sekolah Dasar. Untuk membantu memahami model ini, perhatikan gambar 2.3 di bawah ini.
J. Implikasi Model Pembelajaran Terintegrasi
1. Implikasi bagi guru
Sebagai pihak yang bertanggung jawab pada keberhasilan penerapan suatu model pembelajaran, maka guru harus memahami terlebih dahulu model pembelajaran tematik baik dari segi konseptual ataupun penerapannya di lapangan. Sebagian guru hanya menerapkan model pembelajaran secara setengah-setengah, sehingga tujuan dari penerapan model kurang berjalan dnegan maksimal. Sehingga hasil yang diharapkan juga tidak sesuai dengan harapan. Guru sudah merasa nyaman dnegan model pembelajaran yang biasanya dilakukan di kelas. Adapun hal yang perlu diperhatikan guru dalam menerapkan model terpadu yaitu model pembelajaran ini dimaskudkan agar kegiatan pembelajaran menjadi lebih bermakna dan utuh.
Pada pelaksanaannya guru sebaiknya mempertimbangkan alokasi waktu, banyak sedikitnya metateri yang terkandung dalam suatu tema, pemilihan tema yang dekat dengan kehidupan siswa, dan selalu mengutamakan kompetensi dasar yag harus diselesaikan oleh siswa.
2. Implikasi bagi siswa
Penggunaan model terpadu pada siswa harus lebih dikenalkan lebih dini dan lebih lanjut kepada siswa, sehingga tidak menimbulkan kerancuan yang dapat mengganggu proses kegiatan belajar. Siswa perlu disadarkan ataupun menyadari bahwa pembelajaran tematik terpadu penting bagi siswa dan bermakna bagi kehidupan siswa kelak. Kesiapan menerima pelajaran yang mengharuskan adanya keterkaitan antar satu pelajaran dengan pelajaran yang lainnya merupakan hal yang penting dipahami siswa dalam membangun hubungan pengetahuan yang lebih bermakna.
3. Implikasi terhadap buku ajar
Penerapan model pembelajaran tematik terpadu menuntut adanya buku ajar yang memuat keterpaduan antar satuan mata pelajaran satu dengan yang lainnya. Sehingga penting bagi guru dan siswa untu memanfaatkan buku ajar yang sudah menerapkan keterpaduan.
4. Implikasi terhadap sarana dan prasarana, sumber belajar, dan media pembelajaran serta penilaian.
Penggunaan sarana prasarana, sumber, dan media pembelajaran tematik terpadu diperlukan untuk menunjang kegiatan pembelajaran agar lebih bermakna bagi siswa. Selain itu terdapat tiga aspek penilaian yang terdapat pada model pembelajaran tematik terpadu, yaitu: a) pengetahuan yang dilakukan di buku latihan, b) keterampilan, c) sikap yang dinilai setiap hari yang terdiri dari sikap jujur, disiplin, kerja sama, dan tanggung jawab.
K. Konsep Perencanaan Pembelajaran Terintegrasi
Sanjaya (2013) dalam Murfiah (2017:149) dilihat dari termonologinya, perencanaan pembelajaran terdiri atas dua kata, yakni perencanaan dan pembelajara. Untuk memahami konsep dasar perencanaan, mari kita jabarkan sebagai berikut:
1.Perencanaan
Perencanaan berasal dari kata rencana, yaitu pengambilan keputusan tentang apa yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan. Dengan demikian, proses suatu perencanaan harus dimulai dari penetapan tujuan yang akan dicapai melauai analisisn kebutuhan serta dokumen yang lengkap, kemudian menetapkan langkah-langkah yang harus dilakukan untuk mencapai tujaun tersebut.
2. Pembelajaran
Pembelajaran diartikan sebagai proses kerja sama antara guru dan siswa dalam memanfaatkan segala potensi dan sumber yang ada, baik potensi yang bersumber dari dalam diri siswa itu sendiri maupun potensi yang ada di luar diri siswa, seperti lingkungan, sarana, dan sumber belajar sebagai upaya untuk mencapai tujuan belajar tertentu. Sebagai suatu proses kerja sama, pembelajaran tidak hanya menitikberatkan pada kegiatan guru atau kegiatan siswa saja, akan tetapi guru dan siswa secara bersama-sama berusaha mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan.
Madjid (2014) dalam Murfiah (2017:163-164) menyatakan bahwa komponen dan langkah-langkah pengembangan RPP, sebagai berikut:
a. Mencantumkan identitas
Identitas meliputi: sekolah, kelas/semester, Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar,indikator dan alokasi waktu.
b. Mencantumkan tujuan pembelajaran
Tujuan pembelajaran memuat penguasaan kompetensi yang bersifat operasional yang ditargetkan/dicapai dalam RPP. Tujuan pembelajaran dirumuskan dengan mengacu pada rumusan yang terdapat pada dalam indikator, dalam bentuk pernyataan yang operasional. Tujuan pembelajaran mengandung unsur audiance (A),behavior (B), condition (C), dan degree (D). Audiance adalah peserta didik yang menjadi subjek tujuan pembelajaran tersebut. Behavior adalah kata kerja yang mendeskripsikan kemampuan audiance setelah pembelajaran. Conditioan adalahsituasi pada saat tujuan itu diselesaikan. Degree adalah standar yang harus dicapai oleh audiance sehingga dinyatakan telah mencapai tujuan.
c. Mencantumkan materi pembelajaran
Materi pembelajaran adalah materi yang digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Hal yang harus diketahui adalah bahwa materi dalam RPP merupakan pengembangan dari materi pokok yang terdapat di silabus.
d. Mencantumkan model/metode pembelajaran
Metode dapat diartikan benar-benar sebagai metode, tetapi dapat pula diartikan sebagi model atau pendekatan pembelajaran. Penetapan ini diambil bergantung pada karakteristik pendekatan dan atau strategi yang dipilih. Selain itu, pemilihan motode/pendekatan bergantung pada jenis materi yang akan diajarkan kepada peserta didik.
e. Mencantumkan langkah-langkah kegiatan pembelajaran
Untuk mencapai satu Kompetensi Dasar harus dicantumkan langkah-langkah kegiatan setiap pertemuan. Pada dasarnya, langkah-langkah kegiatan memuat pendahuluan/kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan penutup masing-masing disertai alokasi waktu yang dibutuhkan.
f. Mencantumkan media/alat/ bahan/ sumber belajar
Pemilihan sumber belajar mangacu pada perumusan yang terdapat dalam silabus. Jika memungkinkan, dalam satu perencanaan disiapkan media,alat /bahan dan sumber belajar.
g. Mencantumkan penilaiaan
Penilaian dijabarkan atas jenis/teknik penilaian, bentuk instrumen, dan instrumen yang digunakan untuk mengukur ketercapaian indikator dan tujuan pembelajaran.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pembelajaran tematik adalah pembelajaran yang dirancang berdasarkan tema-tema tertentu. Dalam pembahasanya tema itu ditinjau dari berbagai mata pelajaran. Pembelajaran tematik menyediakan keluasan dan kedalaman implementasi kurikulum , menawarkan kesempatan yang sangat banyak pada peserta didik untuk memunculkan dinamika dalam proses pembelajaran. Pembelajaran tematik berfungsi untuk memberikan kemudahan bagi peserta didik dalam memahami dan mendalami konsep materi yang tergabung dalam tema serta dapat menambah semangat belajar karena materi yang dipelajari merupakan materi yang nyata dan bermakna bagi peserta didik.
Ditinjau dari cara memadukan konsep, keterampilan, topik, dan unit Tematisnya terdapat sepuluh cara atau model dalam merencanakan pembelajaran terpadu. Kesepuluh cara atau model tersebut adalah: (1) fragmented, (2) connected, (3) nested, (4) sequenced, (5) shared, (6) webbed, (7) threaded, (8) integrated, (9) immersed, dan (10) networked. Pada Pelaksanaannya guru seharusnya memahami terlebih dahulu model pembelajaran tematik baik dari segi konseptual ataupun penerapannya di lapangan. Sebagian guru hanya menerapkan model pembelajaran secara setengah-setengah, sehingga tujuan dari penerapan model kurang berjalan dnegan maksimal. Sehingga hasil yang diharapkan juga tidak sesuai dengan harapan. Guru sudah merasa nyaman dnegan model pembelajaran yang biasanya dilakukan di kelas.
B. Saran
Guru harus memahami terlebih dahulu pembelajaran tematik baik dari segi konseptual ataupun penerapannya di lapangan. Sehingga hasil yang diharapkan juga dapat sesuai dengan harapan.
DAFTAR RUJUKAN
Akbar, Sa’dun dkk. 2016. Implementasi Pembelajaran Tematik di Sekolah Dasar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset.
Hernawan dan Resmini. 2008. Pembelajaran Terpadu di SD.Jakarta: Universitas Terbuka
Majid, Abdul. 2014. Pembelajaran Tematik Terpadu. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Murfiah,Uum. 2017. Pembelajaran Terpadu (Teori dan Praktik Terbaik di Sekolah). Bandung: PT Refika Aditama.
Nurdin dan Andriantoni. 2016. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Trianto. 2015. Model Pembelajaran Terpadu Konsep, Strategi, dan Implementasinya dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan(KTSP). Jakarta: PT Bumi Aksara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar