KAJIAN TEORI
A.
Pembelajaran
Menulis di Sekolah Dasar
Pada dasarnya keterampilan
berbahasa terdiri dari keterampilan berbahasa lisan dan keterampilan berbahasa
tulis. Keterampilan berbahasa tulis terdiri dari keterampilan membaca dan
menulis. Perkembangan anak dalam menulis terjadi secara bertahap yang
didapatkan melalui latihan serta bimbingan.
1.
Pengertian
Menulis
Menulis menurut KBBI adalah membuat
lambang secara tertulis yang menggambarkan pikiran atau perasaan. Dalam hal ini
menulis merupakan suatu kegiatan (proses) yang menghasilkan lambang secara
tertulis untuk menggambarkan pikiran atau perasaan penulis tersebut.
Menulis menurut Tarigan (2008:22)
adalah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan
bahasa sehingga dapat dibaca serta dipahami orang lain. Sejalan dengan Tarigan
menulis menurut Santosa dalam Mudiono (2010:37) dapat diartikan sebagai suatu
proses ataupun hasil. Menulis merupakan sebagai proses yang dilakukan oleh
seseorang yang menghasilkan tulisan. Sedangkan menulis menurut Rofi’udin dan
Zuhdi (1998/1999: 159) adalah proses menuangkan pikiran, gagasan, pendapat
tentang sesuatu, tanggapan suatu pernyataan keinginan, atau ungkapan perasaaan
dengan menggunakan bahasa secara tertulis. Dari
beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahawa menulis adalah proses
menuangkan pikiran, gagasan atau perasaan menggunakan bahasa tertulis dengan
lambang-lambang tertentu.
2.
Fungsi
dan Tujuan Menulis
Pada prinsipnya fungsi menulis merupakan sebagai alat komunikasi tidak
langsung. Menulis sangatlah penting bagi pendidikan karena dapat mempermudah para pelajar untuk berfikir
kritis, memperdalam daya tanggap, memecahkan masalah-masalah yang dihadapi
serta menyusun urutan pengalaman. Menulis merupakan kegiatan yang menuangkan
pikiran, perasaaan, gagasan, masalah dan kejadian dalam kurun waktu tertentu
yang berbentuk tulisan. Penulis memiliki maksud dan tujuan di setiap penulisannya.
Hugo Hartig dalam Tarigan (2008:25)
menyebutkan,
terdapat beberapa tujuan penulisan sebagai berikut.
a.
Assignment
purpose (tujuan penugasan) merupakan tulisan yang dibuat
dengan tujuan untuk memenuhi tugas. Artinya penulis menulis sesuatu didasarkan
dengan tugas, bukan atas kemauan sendiri (misalnya siswa yang diberi tugas
untuk membuat karangan yang sesuai dengan pengalamanya).
b.
Altruistic
purpose (tujuan akulturustik) merupakan tulisan yang dibuat
dengan tujuan untuk menyenangkan para pembaca. Artinya penulis menulis sesuatu
yang ingin menolong para pembaca memahami, menghargai perasaan, dan
penalarannya ingin membuat hidup para pembaca lebih mudah.
c.
Persuasive
purpose (tujuan persuasif) merupakan tulisan yang dibuat
dengan tujuan meyakinkan para pembaca akan kebenaran suatu gagasan yang ditulis.
d.
Informasional
purpose (tujuan informasional, tujuan penerangan) merupakan
tulisan yang dibuat dengan tujuan memberi informasi suatu hal kepada pembaca.
e.
Self-
expressive purpose (tujuan pernyataan diri) merupakan
tulisan dibuat dengan tujuan memperkanalkan atau menyatakan diri penulis kepada
pembaca.
f.
Creative
purpose (tujuan kreatif) merupakan tulisan dibuat dengan
tujuan mencapai nilai-nilai artistik, nilai-nilai kesenian.
g.
Problem
solving purpose (tujuan pemecaan masalah) merupakan
tulisan dibuat dengan tujuan untuk memecahkan masalah yang terjadi.
3.
Pembelajaran
menulis di SD
Pembelajaran menulis di sekolah dasar dibedakan
menjadi dua tingkatan yaitu menulis permulaan dan menulis lanjut sesuai dengan Depdikbud dalam
Kristiantari (2004:106).
Pada tingkat menulis permulaan, kegiatan dan latihan
menulis yang mengutamakan teknis penulisannya daripada isi tulisannya.
Misalnya, cara memegang pensil, cara menulis huruf balok, menulis dengan huruf
tegak bersambung, menyalin huruf, menjiplak, menyalin kata, menyalin kalimat.
Tujuan pembelajaran menulis permulaan ini yaitu agar siswa mampu mentraskripkan
bahasa lisan dalam bahasa tulis Kristiantari (2004:106). Di sekolah dasar menulis
pada tahap ini diterapkan
untuk kelas 1 dan kelas 2.
Pada tingkat lanjut, kegiatan dan
pembelajaran menulis difokuskan pada perwujudan ungkapan perasaan, ide,
pikiran, gagasan secara tertulis. Tujuan pembelajaran menulis tingkat lanjut secara
umum yaitu membina siswa agar mampu menuangkan pikiran serta perasaan kedalam
tulisan sesuai dengan yang dipaparkan Kristiantari (2004:106).
Prinsip pengajaran menulis menurut
Goodman dalam Kristiantari (2004:107)
di antaranya (1)
didasarkan pada topik-topik yang sesuai
dengan kemampuan siswa, (2) diawali dengan stimulus-stimulus yang dapat
membangkitkan inspirasi siswa untuk menulis, (3) memberikan penguatan berupa
sugesti bahwa menulis merupakan kegiatan
yang mudah terhadap siswa, (4) menghindari untuk mengkoreksi tulisan siswa
sebelum selesai, (5) selalu menghubungkan kegiatan menulis dengan berbahasa
lain misalnya membaca, berdiskusi untuk mempermudah penulisan.
Pada pembelajaran menulis di
sekolah dasar hendaknya guru menggunakan pendekatan proses, karena pada dasarnya pembelajaran menulis
tidak hanya mementingkan dari hasilnya saja melainkan prosesnya. Dengan
demikian siswa akan memahami bahwa menulis itu melalui proses dan tahapan.
4.
Proses
Menulis
Kegiatan menulis memerlukan proses
yang terdiri dari beberapa tahap. Haryadi dan Zamzani (1996/1997:78)
menyebutkan bahwa menulis memerlukan lima tahap, di antaranya (1) tahap pra menulis, (2)
tahap menulis, (3) merevisi, (4) mengedit, dan (5) mempublikasikan.
Tahap pramenulis merupakan kegiatan
sebelum menulis atau tahap persiapan menulis. Pada tahap ini kegiatan seorang
penulis biasanya membuat ide gagasan atau tema, membuat judul karangan,
menentukan tujuan, memilih jenis tulisan, membuat kerangka setra mengumpulkan
bahan-bahan untuk tulisan. Oleh karenanya pada tahap pramenulis penulis memerlukan
inspirasi untuk menemukan
ide atau gagasan. Kegiatan ini dapat dilakukan melalui berbagai aktivitas,
misalnya (1) membaca buku, (2) membaca majalah, (3) diskusi, (4) mengingat
kembali pengalaman-pengalaman di masa lampau, (5) karya wisata atau rekreasi.
Tahap menulis merupakan tahap yang
dimulai dari menjabarkan ide kedalam bentuk tulisan. Menuangkan ide tersebut
dalam bentuk kalimat dan paragraf. Selanjutnya paragraf-paragraf tersebut
dirangkai menjadi karangan yang utuh.
Tahap merevisi merupakan tahap yang
dilakukan untuk mengoreksi keseluruhan dari karangan. Koreksi yang dilakukan
terhadap berbagai kebahasaan di antaranya
stuktur karangan dan kebahasaan. Struktur karangan meliputi penataan ide pokok
serta ide penjelas. Sementara itu, aspek kebahasaan meliputi pemilihan kata, struktur bahasa, ejaan, dan
tanda baca.
Tahap mengedit merupakan tahap yang
dilakukan saat karangan tersebut telah dianggap sempurna sehingga penulis
memerlukan tahap pengeditan. Dalam tahap pengeditan ini diperlukan format baku
yang dijadikan sebagai acuan, misalnya EYD,
bentuk tulisan, dan pengaturan spasi.
Tahap mempublikasikan menyampaikan
karangan kepada publik. Secara sederhana karangan anak di publikasikan melalui
papan tempel. Publikasi semacam itu memiliki dampak positif untuk psikologis
anak yaitu berfungsi untuk penguatan dan untuk memacu semangat bersaing anak secara positif.
B.
Mengarang
Mengarang merupakan aktivitas
menuangkan ide atau gagasan dalam bentuk tulisan. Pada awalnya kegiatan
mengarang dimulai dari merangkai tulisan yang berkembang menjadi kalimat serta
paragraf. Mengarang dapat digunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung.
Menurut Weayer dalam Tarigan
(2008:28) mengklasifikasikan bentuk karangan menjadi empat jenis, di antaranya (1) eksposisi; (2) deskripsi;
(3) narasi; (4) argumentasi.
C.
Karangan
Narasi
1.
Pengertian
Narasi
Menurut Keraf (2010:135) Narasi adalah suatu bentuk wacana
yang berusaha mengisahkan suatu kejadian atau peristiwa sehingga pembaca seolah-olah melihat atau mengalami sendiri
kejadian tersebut. Dalam hal ini narasi menonjolkan unsur perbuatan atau
tindakan yang dirangkai dalam urutan waktu.
Sejalan dengan Keraf narasi menurut
Inman dan Gardner dalam Kristiantari (2004:129) adalah suatu karangan fiksi
maupun non fiksi yang subjeknya sebuah peristiwa atau kejadian yang saling
berhubungan. Dalam karangan narasi peristiwa atau kejadian tersebut harus
saling berhubungan satu dengan lainnya dan disusun berdasarkan urutan waktu.
Dari kedua pendapat di atas dapat
disimpulkan bahwa narasi merupakan
suatu bentuk wacana baik fiksi maupun non fiksi yang mengisahkan suatu kejadian
dalam waktu tertentu yang saling berhubungan. Dalam karangan narasi unsur yang
ditonjolkan merupakan unsur perbuatan atau tindakan dan unsur waktu hal ini
sesuai yang dipaparkan oleh Keraf (2010:136). Karangan tersebut berusaha menjawab “Apa
yang terjadi?” tidak lain dari tindak tanduk yang dilakukan oleh tokoh dalam
suatu rangkaian waktu.
2.
Bentuk
Karangan
Narasi
Menurut Keraf (2010:136), narasi
terbagi menjadi dua bentuk, yaitu narasi ekspositoris dan sarasi sugestif.
Narasi ekspositoris yaitu
tulisan yang memberikan informasi kepada pembaca, agar pengetahuan pembaca
bertambah luas. Sedangkan narasi sugesif yaitu tulisan yang menyampaikan makna kepada para pembaca
melalui daya khayal yang dimilikinya.
Menurut Keraf (2010:136) narasi
ekspositoris bertujuan untuk membuka pikiran para pembaca serta mengetahui apa
yang dikisahkan oleh penulis. Sasaran utamanya yakni rasio. Rasio merupakan
perluasan pengetahuan para pembaca sesudah membaca kisah tersebut. Narasi
bentuk ini menyampaikan informasi mengenai berlangsungnya suatu peristiwa yang
mempersoalkan tahap-tahap kejadian, rangkaian-rangkaian perbuatan kepada
pembaca.
Sedangkan narasi sugestif menurut
Keraf (2010:137) bertujuan untuk memberikan makna atas peristiwa atau kejadian
sebagai suatu pengalaman. Karena sasarannya makna peristiwa atau kejadian, maka
narasi sugestif selalu melibatkan daya khayal atau imajinasi. Narasi sugesif
merupakan suatu rangkaian peristiwa yang disajikan untuk merangsang daya khayal
para pembaca.
3.
Karakteristik
Narasi
Karangan narasi berbentuk cerita.
Karakteristik cerita narasi tersebut didasarkan pada serangkaian petristiwa
yang terjadi. Didalam kejadian tersebut terdapat tokoh, tokoh ini menghadapi
konflik pada waktu tertentu. Menurut Marahimin dalam Kristiantari (2004:131)
menyebutkan bahwa unsur pokok karangan narasi di antaranya
(1) peristiwa; (2) tokoh; (3) plot atau alur.
Sejalan dengan Marahimin, Keraf
(2010:157) menyebutkan bahwa unsur pokok karangan narasi di antaranya (1) rangkaian perbuatan sebab
akibat; (2) waktu; (3) tokoh; (4) konflik. Dalam narasi rangkaian peristiwa
digambarkan dengan sejelas-jelasnya agar pembaca ikut larut dalam cerita. Bukan
hanya itu, pembaca diharapkan mampu mengambil makna dari cerita yang dibacanya.
Selain itu, dengan pengisahan peristiwa penulis juga berharap dapat membawa
pembaca kepada suatu suasana yang memungkinkan seperti menyaksikan atau
mengalami sendiri peristiwa tersebut.
4.
Unsur-unsur
Narasi
Menurut Kristiantari (2004:132)
unsur-unsur narasi dibagi menjadi delapan unsur, di antaranya (1) tema; (2) tokoh cerita;
(3) latar; (4) sudut pandang; (5) motivasi; (6) konflik; (7) alur.
Tema merupakan pokok pikiran suatu
karangan. Tema dalam narasi dapat tersurat maupun tersirat. Tersurat apabila
tema tersebut dengan jelas ditulis oleh penulisnya. Sedangkan tersirat jika
tema tersebut tidak ditulis secara jelas, melainkan tersebar pada isi cerita.
Tokoh merupakan pelaku yang
mendukung peristiwa sehingga mampu membuat suatu rangkaian cerita. Berdasarkan
fungsinya tokoh dibagi menjadi tokoh utama dan tokoh pendukung. Tokoh utama
disebut pula tokoh protagonis merupakan tokoh yang diperjuangkan hak hidupnya.
Disamping tokoh protagonis terdapat tokoh antagonis yang sengaja dihadirkan
sebagai lawan tokoh protaginis. Disamping tokoh utama terdapat pula tokoh
pendukung yaitu tokoh yang kehadirannya untuk menunjang atau mendukung
kehadiran tokoh utama.
Latar atau seting merupakan waku, tempat, dan suasana yang
melengkapi terjadinya suatu peristiwa dalam cerita. Waktu menggambarkan “kapan
kejadian tersebut berlangsung?”; tempat yang menggambarkan “dimana kejadian
tersebut berada?”; sedangkan suasana yang menggambarkan “bagaimana keadaan saat
kejadian tersebut terjadi?”.
Sudut pandang merupakan pengisahan
posisi pengarang dalam
sebuah cerita. Untuk keperluan cerita seorang pengarang dapat menggunakan sudut
pandang orang pertama atau “pencerita akuan” karena menggunakan kata aku atau
saya. Selain itu terdapat sudut pandang orang pertama sebagai pelaku sampingan
yaitu sudut pandang yang menggambarkan seolah-olah tokoh utama yang bercerita.
Selanjutnya terdapat sudut pandang orang ketiga serba tahu yaitu sudut pandang
yang umumnya menggunakan kata ganti seperti ia, dia atau nama pelaku yang ada
dalam cerita yang dibuat oleh penulis. Dan yang terakhir terdapat sudut pandang orang ketiga pengamat, dalam sudut pandang ini “dia” sangat terbatas.
Penulis menggambarkan apa yang dilihat, didengar, yang dialami dan dirasakan.
Menurut Keraf (1985:147) alur
adalah sebuah interelasi fungsional antar unsur narasi yang timbul
dari peristiwa atau perbuatan, karakter, suasana hati dan pikiran, serta sudut
pandang, yang ditandai oleh klimaks-klimaks dalam suatu rangkaian prilaku atau
peristiwa yang sekaligus menandai urutan bagian-bagian dalam
keseluruhan narasi. Hubungan antar komponen itu bersifat
logis dan kausalitas. Logis artinya hubungan itu wajar, kausalitas
maksudnya terjadinya atau munculnya unsur-unsur itu tidak tiba-tiba. Tetapi,
logis dan kausalitas merupakan suatu rangkaian yang berhubungan sebab-akibat.
DAFTAR RUJUKAN
Gipayana. Muhana. 2004. Perkembangan Kemampuan Menulis Ejaan Siswa
Sekolah Dasar. Jurnal SD.Th13.No.1.Mei 2004.
Haryadi. & Zamzani. 1996/1997. Peningkatan Keterampilan Berbahasa
Indonesia. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktotar Jendral
Pendidikan Tinggi Proyek Pendidikan Guru Sekolah Dasar.
Kamus Besar
Bahasa Indonesia. Huruf Kapital, (Online),
(kbbi.web.id/huruf) diakses 21 Februari 2017.
Keraf, Gorys. 2010. Argumentasi dan Narasi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Kristiantari, Rini. 2004. Pembelajaran Menulis di Sekolah Dasar Menulis
Deskripsi dan Narasi. Yogyakarta: Media Ilmu.
Mudiono, Alif. 2010. Pengembangan Bahan Pembelajaran Bahasa
Indonesia Sekolah Dasar. Malang: Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas
Negeri Malang.'
Pamungkas, Sri. 2012. Bahasa Indonesia dalam Berbagai Perspektif. Yogyakarta:
C.V Andi Offset.
Rofiudin, Ahmad. & Zuhdi,
Darmiyati. 1998/1999. Pendidikan Bahasa
dan Sastra Indonesia di Kelas Tinggi. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Direktotar Jendral Pendidikan Tinggi Proyek Pendidikan Guru Sekolah Dasar.
Rusanti,
Khorida. Analisis Kesalahan Ejaan dalam
Karangan Narasi pada Siswa Kelas V SDN Bumi Ayu 1 Kecamtan Kedungkandang Kota
Malang. Malang: Skripsi tidak diterbitkan.
Setyawati, Nanik. 2012.
Analisis Kesalahan Berbahasa Teori dan
Praktik. Surakarta: Yuma Pustaka.
Slamet, Y. 2004. Problematika Berbahasa Indonesia dan Pembelajarannya. Yogyakarta:
Graha Ilmu.
Sukmadinata, Nana, Syaodih. 2013. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung:
PT Remaja Rosdakarya Offset.
Tarigan, Henry, Guntur. 2008. Menulis Sebagai Suatu Keterampilan
Berbahasa. Bandung: Angkasa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar