Wikipedia

Hasil penelusuran

Minggu, 25 Agustus 2019

KONSEP DASAR MANAJEMEN KELAS (KAJIAN TEORI)


KAJIAN TEORI



A.      Pembelajaran Menulis di Sekolah Dasar
Pada dasarnya keterampilan berbahasa terdiri dari keterampilan berbahasa lisan dan keterampilan berbahasa tulis. Keterampilan berbahasa tulis terdiri dari keterampilan membaca dan menulis. Perkembangan anak dalam menulis terjadi secara bertahap yang didapatkan melalui latihan serta bimbingan.

1.        Pengertian Menulis
Menulis menurut KBBI adalah membuat lambang secara tertulis yang menggambarkan pikiran atau perasaan. Dalam hal ini menulis merupakan suatu kegiatan (proses) yang menghasilkan lambang secara tertulis untuk menggambarkan pikiran atau perasaan penulis tersebut.
Menulis menurut Tarigan (2008:22) adalah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan bahasa sehingga dapat dibaca serta dipahami orang lain. Sejalan dengan Tarigan menulis menurut Santosa dalam Mudiono (2010:37) dapat diartikan sebagai suatu proses ataupun hasil. Menulis merupakan sebagai proses yang dilakukan oleh seseorang yang menghasilkan tulisan. Sedangkan menulis menurut Rofi’udin dan Zuhdi (1998/1999: 159) adalah proses menuangkan pikiran, gagasan, pendapat tentang sesuatu, tanggapan suatu pernyataan keinginan, atau ungkapan perasaaan dengan menggunakan bahasa secara tertulis. Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahawa menulis adalah proses menuangkan pikiran, gagasan atau perasaan menggunakan bahasa tertulis dengan lambang-lambang tertentu.

2.        Fungsi dan Tujuan Menulis
Pada prinsipnya fungsi menulis merupakan sebagai alat komunikasi tidak langsung. Menulis sangatlah penting bagi pendidikan karena dapat mempermudah para pelajar untuk berfikir kritis, memperdalam daya tanggap, memecahkan masalah-masalah yang dihadapi serta menyusun urutan pengalaman. Menulis merupakan kegiatan yang menuangkan pikiran, perasaaan, gagasan, masalah dan kejadian dalam kurun waktu tertentu yang berbentuk tulisan. Penulis memiliki maksud dan tujuan di setiap penulisannya.
Hugo Hartig dalam Tarigan (2008:25) menyebutkan, terdapat beberapa tujuan penulisan sebagai berikut.
a.         Assignment purpose (tujuan penugasan) merupakan tulisan yang dibuat dengan tujuan untuk memenuhi tugas. Artinya penulis menulis sesuatu didasarkan dengan tugas, bukan atas kemauan sendiri (misalnya siswa yang diberi tugas untuk membuat karangan yang sesuai dengan pengalamanya).
b.        Altruistic purpose (tujuan akulturustik) merupakan tulisan yang dibuat dengan tujuan untuk menyenangkan para pembaca. Artinya penulis menulis sesuatu yang ingin menolong para pembaca memahami, menghargai perasaan, dan penalarannya ingin membuat hidup para pembaca lebih mudah.
c.         Persuasive purpose (tujuan persuasif) merupakan tulisan yang dibuat dengan tujuan meyakinkan para pembaca akan kebenaran suatu gagasan yang ditulis.
d.        Informasional purpose (tujuan informasional, tujuan penerangan) merupakan tulisan yang dibuat dengan tujuan memberi informasi suatu hal kepada pembaca.
e.         Self- expressive purpose (tujuan pernyataan diri) merupakan tulisan dibuat dengan tujuan memperkanalkan atau menyatakan diri penulis kepada pembaca.
f.         Creative purpose (tujuan kreatif) merupakan tulisan dibuat dengan tujuan mencapai nilai-nilai artistik, nilai-nilai kesenian.
g.        Problem solving purpose (tujuan pemecaan masalah) merupakan tulisan dibuat dengan tujuan untuk memecahkan masalah yang terjadi.

3.    Pembelajaran menulis di SD
Pembelajaran menulis di sekolah dasar dibedakan menjadi dua tingkatan yaitu menulis permulaan dan menulis lanjut sesuai dengan Depdikbud dalam Kristiantari (2004:106).
Pada tingkat menulis permulaan, kegiatan dan latihan menulis yang mengutamakan teknis penulisannya daripada isi tulisannya. Misalnya, cara memegang pensil, cara menulis huruf balok, menulis dengan huruf tegak bersambung, menyalin huruf, menjiplak, menyalin kata, menyalin kalimat. Tujuan pembelajaran menulis permulaan ini yaitu agar siswa mampu mentraskripkan bahasa lisan dalam bahasa tulis Kristiantari (2004:106). Di sekolah dasar menulis pada tahap ini diterapkan untuk kelas 1 dan kelas 2.
Pada tingkat lanjut, kegiatan dan pembelajaran menulis difokuskan pada perwujudan ungkapan perasaan, ide, pikiran, gagasan secara tertulis. Tujuan pembelajaran menulis tingkat lanjut secara umum yaitu membina siswa agar mampu menuangkan pikiran serta perasaan kedalam tulisan sesuai dengan yang dipaparkan Kristiantari (2004:106).
Prinsip pengajaran menulis menurut Goodman dalam Kristiantari (2004:107) di antaranya (1) didasarkan pada topik-topik  yang sesuai dengan kemampuan siswa, (2) diawali dengan stimulus-stimulus yang dapat membangkitkan inspirasi siswa untuk menulis, (3) memberikan penguatan berupa sugesti bahwa menulis merupakan kegiatan yang mudah terhadap siswa, (4) menghindari untuk mengkoreksi tulisan siswa sebelum selesai, (5) selalu menghubungkan kegiatan menulis dengan berbahasa lain misalnya membaca, berdiskusi untuk mempermudah penulisan.
Pada pembelajaran menulis di sekolah dasar hendaknya guru menggunakan pendekatan proses, karena pada dasarnya pembelajaran menulis tidak hanya mementingkan dari hasilnya saja melainkan prosesnya. Dengan demikian siswa akan memahami bahwa menulis itu melalui proses dan tahapan.

4.        Proses Menulis
Kegiatan menulis memerlukan proses yang terdiri dari beberapa tahap. Haryadi dan Zamzani (1996/1997:78) menyebutkan bahwa menulis memerlukan lima tahap, di antaranya (1) tahap pra menulis, (2) tahap menulis, (3) merevisi, (4) mengedit, dan (5) mempublikasikan.
Tahap pramenulis merupakan kegiatan sebelum menulis atau tahap persiapan menulis. Pada tahap ini kegiatan seorang penulis biasanya membuat ide gagasan atau tema, membuat judul karangan, menentukan tujuan, memilih jenis tulisan, membuat kerangka setra mengumpulkan bahan-bahan untuk tulisan. Oleh karenanya pada tahap pramenulis penulis memerlukan inspirasi untuk menemukan ide atau gagasan. Kegiatan ini dapat dilakukan melalui berbagai aktivitas, misalnya (1) membaca buku, (2) membaca majalah, (3) diskusi, (4) mengingat kembali pengalaman-pengalaman di masa lampau, (5) karya wisata atau rekreasi.
Tahap menulis merupakan tahap yang dimulai dari menjabarkan ide kedalam bentuk tulisan. Menuangkan ide tersebut dalam bentuk kalimat dan paragraf. Selanjutnya paragraf-paragraf tersebut dirangkai menjadi karangan yang utuh.
Tahap merevisi merupakan tahap yang dilakukan untuk mengoreksi keseluruhan dari karangan. Koreksi yang dilakukan terhadap berbagai kebahasaan di antaranya stuktur karangan dan kebahasaan. Struktur karangan meliputi penataan ide pokok serta ide penjelas. Sementara itu, aspek kebahasaan meliputi pemilihan kata, struktur bahasa, ejaan, dan tanda baca.
Tahap mengedit merupakan tahap yang dilakukan saat karangan tersebut telah dianggap sempurna sehingga penulis memerlukan tahap pengeditan. Dalam tahap pengeditan ini diperlukan format baku yang dijadikan sebagai acuan, misalnya EYD, bentuk tulisan, dan pengaturan spasi.
Tahap mempublikasikan menyampaikan karangan kepada publik. Secara sederhana karangan anak di publikasikan melalui papan tempel. Publikasi semacam itu memiliki dampak positif untuk psikologis anak yaitu berfungsi untuk penguatan dan untuk memacu semangat bersaing anak secara positif.

B.       Mengarang
Mengarang merupakan aktivitas menuangkan ide atau gagasan dalam bentuk tulisan. Pada awalnya kegiatan mengarang dimulai dari merangkai tulisan yang berkembang menjadi kalimat serta paragraf. Mengarang dapat digunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung.
Menurut Weayer dalam Tarigan (2008:28) mengklasifikasikan bentuk karangan menjadi empat jenis, di antaranya (1) eksposisi; (2) deskripsi; (3) narasi; (4) argumentasi.
  

C.      Karangan Narasi
1.        Pengertian Narasi
Menurut Keraf  (2010:135) Narasi adalah suatu bentuk wacana yang berusaha mengisahkan suatu kejadian atau peristiwa sehingga pembaca seolah-olah melihat atau mengalami sendiri kejadian tersebut. Dalam hal ini narasi menonjolkan unsur perbuatan atau tindakan yang dirangkai dalam urutan waktu.
Sejalan dengan Keraf narasi menurut Inman dan Gardner dalam Kristiantari (2004:129) adalah suatu karangan fiksi maupun non fiksi yang subjeknya sebuah peristiwa atau kejadian yang saling berhubungan. Dalam karangan narasi peristiwa atau kejadian tersebut harus saling berhubungan satu dengan lainnya dan disusun berdasarkan urutan waktu.
Dari kedua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa narasi merupakan suatu bentuk wacana baik fiksi maupun non fiksi yang mengisahkan suatu kejadian dalam waktu tertentu yang saling berhubungan. Dalam karangan narasi unsur yang ditonjolkan merupakan unsur perbuatan atau tindakan dan unsur waktu hal ini sesuai yang dipaparkan oleh Keraf (2010:136). Karangan tersebut berusaha menjawab “Apa yang terjadi?” tidak lain dari tindak tanduk yang dilakukan oleh tokoh dalam suatu rangkaian waktu.

2.             Bentuk Karangan Narasi
Menurut Keraf (2010:136), narasi terbagi menjadi dua bentuk, yaitu narasi ekspositoris dan sarasi sugestif. Narasi ekspositoris yaitu tulisan yang memberikan informasi kepada pembaca, agar pengetahuan pembaca bertambah luas. Sedangkan narasi sugesif yaitu tulisan yang menyampaikan makna kepada para pembaca melalui daya khayal yang dimilikinya.
Menurut Keraf (2010:136) narasi ekspositoris bertujuan untuk membuka pikiran para pembaca serta mengetahui apa yang dikisahkan oleh penulis. Sasaran utamanya yakni rasio. Rasio merupakan perluasan pengetahuan para pembaca sesudah membaca kisah tersebut. Narasi bentuk ini menyampaikan informasi mengenai berlangsungnya suatu peristiwa yang mempersoalkan tahap-tahap kejadian, rangkaian-rangkaian perbuatan kepada pembaca.
Sedangkan narasi sugestif menurut Keraf (2010:137) bertujuan untuk memberikan makna atas peristiwa atau kejadian sebagai suatu pengalaman. Karena sasarannya makna peristiwa atau kejadian, maka narasi sugestif selalu melibatkan daya khayal atau imajinasi. Narasi sugesif merupakan suatu rangkaian peristiwa yang disajikan untuk merangsang daya khayal para pembaca.

3.        Karakteristik Narasi
Karangan narasi berbentuk cerita. Karakteristik cerita narasi tersebut didasarkan pada serangkaian petristiwa yang terjadi. Didalam kejadian tersebut terdapat tokoh, tokoh ini menghadapi konflik pada waktu tertentu. Menurut Marahimin dalam Kristiantari (2004:131) menyebutkan bahwa unsur pokok karangan narasi di antaranya (1) peristiwa; (2) tokoh; (3) plot atau alur.
Sejalan dengan Marahimin, Keraf (2010:157) menyebutkan bahwa unsur pokok karangan narasi di antaranya (1) rangkaian perbuatan sebab akibat; (2) waktu; (3) tokoh; (4) konflik. Dalam narasi rangkaian peristiwa digambarkan dengan sejelas-jelasnya agar pembaca ikut larut dalam cerita. Bukan hanya itu, pembaca diharapkan mampu mengambil makna dari cerita yang dibacanya. Selain itu, dengan pengisahan peristiwa penulis juga berharap dapat membawa pembaca kepada suatu suasana yang memungkinkan seperti menyaksikan atau mengalami sendiri peristiwa tersebut.

4.        Unsur-unsur Narasi
Menurut Kristiantari (2004:132) unsur-unsur narasi dibagi menjadi delapan unsur, di antaranya (1) tema; (2) tokoh cerita; (3) latar; (4) sudut pandang; (5) motivasi; (6) konflik; (7) alur.
Tema merupakan pokok pikiran suatu karangan. Tema dalam narasi dapat tersurat maupun tersirat. Tersurat apabila tema tersebut dengan jelas ditulis oleh penulisnya. Sedangkan tersirat jika tema tersebut tidak ditulis secara jelas, melainkan tersebar pada isi cerita.
Tokoh merupakan pelaku yang mendukung peristiwa sehingga mampu membuat suatu rangkaian cerita. Berdasarkan fungsinya tokoh dibagi menjadi tokoh utama dan tokoh pendukung. Tokoh utama disebut pula tokoh protagonis merupakan tokoh yang diperjuangkan hak hidupnya. Disamping tokoh protagonis terdapat tokoh antagonis yang sengaja dihadirkan sebagai lawan tokoh protaginis. Disamping tokoh utama terdapat pula tokoh pendukung yaitu tokoh yang kehadirannya untuk menunjang atau mendukung kehadiran tokoh utama.
Latar atau seting merupakan waku, tempat, dan suasana yang melengkapi terjadinya suatu peristiwa dalam cerita. Waktu menggambarkan “kapan kejadian tersebut berlangsung?”; tempat yang menggambarkan “dimana kejadian tersebut berada?”; sedangkan suasana yang menggambarkan “bagaimana keadaan saat kejadian tersebut terjadi?”.
Sudut pandang merupakan pengisahan posisi pengarang dalam sebuah cerita. Untuk keperluan cerita seorang pengarang dapat menggunakan sudut pandang orang pertama atau “pencerita akuan” karena menggunakan kata aku atau saya. Selain itu terdapat sudut pandang orang pertama sebagai pelaku sampingan yaitu sudut pandang yang menggambarkan seolah-olah tokoh utama yang bercerita. Selanjutnya terdapat sudut pandang orang ketiga serba tahu yaitu sudut pandang yang umumnya menggunakan kata ganti seperti ia, dia atau nama pelaku yang ada dalam cerita yang dibuat oleh penulis. Dan yang terakhir terdapat sudut pandang orang ketiga pengamat, dalam sudut pandang ini “dia” sangat terbatas. Penulis menggambarkan apa yang dilihat, didengar, yang dialami dan dirasakan.
Menurut Keraf (1985:147) alur adalah sebuah interelasi fungsional antar unsur narasi yang timbul dari peristiwa atau perbuatan, karakter, suasana hati dan pikiran, serta sudut pandang, yang ditandai oleh klimaks-klimaks dalam suatu rangkaian prilaku atau peristiwa yang sekaligus menandai urutan bagian-bagian dalam keseluruhan narasi. Hubungan antar komponen itu bersifat logis dan kausalitas. Logis artinya hubungan itu wajar, kausalitas maksudnya terjadinya atau munculnya unsur-unsur itu tidak tiba-tiba. Tetapi, logis dan kausalitas merupakan suatu rangkaian yang berhubungan  sebab-akibat.

DAFTAR RUJUKAN

Gipayana. Muhana. 2004. Perkembangan Kemampuan Menulis Ejaan Siswa Sekolah Dasar. Jurnal SD.Th13.No.1.Mei 2004.

Haryadi. & Zamzani. 1996/1997. Peningkatan Keterampilan Berbahasa Indonesia. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktotar Jendral Pendidikan Tinggi Proyek Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

Kamus Besar Bahasa Indonesia. Huruf Kapital, (Online), (kbbi.web.id/huruf) diakses 21 Februari 2017.
 Keraf, Gorys. 2010. Argumentasi dan Narasi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Kristiantari, Rini. 2004. Pembelajaran Menulis di Sekolah Dasar Menulis Deskripsi dan Narasi. Yogyakarta: Media Ilmu.

Mudiono, Alif. 2010. Pengembangan Bahan Pembelajaran Bahasa Indonesia Sekolah Dasar. Malang: Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Malang.'

Pamungkas, Sri. 2012. Bahasa Indonesia dalam Berbagai Perspektif. Yogyakarta: C.V Andi Offset.

Rofiudin, Ahmad. & Zuhdi, Darmiyati. 1998/1999. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas Tinggi. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktotar Jendral Pendidikan Tinggi Proyek Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

Rusanti, Khorida. Analisis Kesalahan Ejaan dalam Karangan Narasi pada Siswa Kelas V SDN Bumi Ayu 1 Kecamtan Kedungkandang Kota Malang. Malang: Skripsi tidak diterbitkan.

Setyawati, Nanik. 2012. Analisis Kesalahan Berbahasa Teori dan Praktik. Surakarta: Yuma Pustaka.

Slamet, Y. 2004. Problematika Berbahasa Indonesia dan Pembelajarannya. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Sukmadinata, Nana, Syaodih. 2013. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset.

Tarigan, Henry, Guntur. 2008. Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar